PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.
Pembelajaran
Matematika adalah merupakan salah satu mata pelajaran sangat penting, mata
pelajaran ini juga merupakan mata pelajaran pokok pada pelaksanaan Ujian
Nasional (UN). Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman siswa dan hasil belajar siswa sehingga dapat lulus Ujian Nasional
sesuai standar kelulusan.
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, guru harus dapat memilih metode yang
tepat dalam pembelajaran agar proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Keberhasilan
suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari adanya peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi dan perubahan nilai, sikap dan tingkah laku siswa ke arah yang
lebih baik. Sesuai dengan pendapat Conny
Setiawan dalam (Azwir: 2009: 2), yaitu “Dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntutnya”. (Conny Setiwan, 1988: 180).
Permasalahan
yang dihadapi siswa dalam pelajaran Matematika adalah siswa menganggap
pelajaran ini merupakan pelajaran yang telah diwajibkan dan hanya merupakan
tugas rutin untuk mengikutinya, bahkan sebagian besar kelas IV SDN 012 Selat
Nama menganggap pelajaran ini merupakan pelajaran yang paling sulit.
Hal
ini dirasakan oleh Penulis yang mengajar pelajaran Matematika sebagian besar
siswa tampak tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan nilai yang dicapai
siswa kurang memuaskan. Dari data awal hanya 1 orang dari 10 orang siswa yang
mendapat nilai di atas KKM yang di tetapkan yaitu 70 atau 10% saja yang
berhasil, sementara 90% yang belum berhasil.
1. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan
gejala-gejala yang terjadi dalam proses pembelajaran matematika, maka Penulis
mengidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya adalah:
a.
Motivasi dan minat belajar siswa terhadap
pelajaran Matematika sangat kurang.
b.
Hasil belajar siswa pada pelajaran
Matematika sangat rendah dibawah standar yang di tetapkan.
2.
Analisis
Masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas,
maka Penulis melakukan analisa terhadap dokumen hasil belajar siswa,
tugas-tugas yang diberikan, materi yang diajarkan serta metode yang guru
gunakan dalam proses pembelajaran, Penulis menyimpulkan bahwa permasalahan ini
erat kaitannya dengan motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah karena
disebabkan oleh:
a.
Tugas-tugas yang diberikan dari buku
paket sehingga siswa merasa bosan.
b.
Siswa tidak dilibatkan secara aktif
dalam pemerolehan hasil belajar.
c.
Penjelasan guru terlalu cepat sehingga
pelajaran sulit untuk dipahami siswa.
d.
Siswa tidak pernah dilatih tampil di
depan kelas.
e.
Guru jarang melatih siswa untuk
berbicara di kelas.
f.
Guru dominan menggunakan metode ceramah.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan
Masalah.
Berdasarkan analisa masalah di atas,
Penulis mencoba memecahkan permasalahan dalam proses pembelajaran Matematika.
Penulis mencari alternative yang bisa
digunakan sehingga memudakan siswa menerima materi yang di ajarkan. Penulis
menggunakan dan memilih beberapa metode dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika
yaitu adalah Metode simulasi.
Metode
Simulasi (bermain peran) diterapkan dalam perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindak kelas yang berjudul: “Upaya
meningkatkan hasil belajar siswa melalui Metode Simulasi pada pelajaran
Matematika di Kelas IV SDN 012 Selat Nama tahun Pelajaran 2013/2014”.
B.
Rumusan
Masalah.
Berdasarkan
pada latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam perbaikan pembelajaran ini adalah:
1.
Apakah penggunaan Metode Simulasi (bermain peran) dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa terhadap pelajaran matematika pada materi Mata Uang di Kelas IV SD Negeri 012 Selat Nama?
2.
Apakah penggunaan Metode Simulasi
(bermain peran) dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran
Matematika pada materi Mata Uang di
kelas IV SD Negeri 012 Selat nama?
C.
Tujuan
Penelitian Perbaiakan Pembelajaran.
1.
Tujuan Umum.
Secara umum
tujuan yang diharapkan dari penilitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk
mengetahui dampak dari penggunaan Metode Simulasi dalam proses pembelajaran
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika di SD Negeri
012 Selat nama Kecamatan Tanah merah.
2.
Tujuan Khusus.
a. Meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa Kelas IV pada pelajaran Matematika di SD
Negeri 012 Selat Nama. Melalui Metode Simulasi.
b. Sebagai
syarat dalam menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP).
c. Untuk
memotivasi para guru di SD Negeri 012 Selat Nama agar selalu menggunakan metode
Simulasi dalam proses pembelajaran.
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Penelitian
perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.
Penulis.
a. Dapat
mengukur kemampuan menulis dalam menyusun laporan perbaikan pembelajaran
sebagai syarat mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).
b. Dapat
mengetahui keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran.
2.
Sekolah.
a. Dapat
meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih berkualitas.
b. Dapat
mendorong motivasi pada diri para guru di sekolah.
c. SD
Negeri 012 Selat Nama dapat menyelenggarakan pendidikan dengan baik dan dapat
meningkatkan penggunaan alat peraga agar prestasi siswa lebih optimal.
3.
Guru.
a. Dapat
digunakan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b. Dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan
dirinya dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas tempatnya mengajar secara
profisional
4.
Siswa.
a. Dapat
memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.
b. Dapat
menjadi model bagi siswa.
c. Dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
v KAJIAN PUSTAKA
A.
Hasil
Belajar
1.
Pengertian
Matematika.
Istilah
Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos”
secara ilmu pasti atau Mathesis yang
berarti ajaran pengetahuan abstrak dan deduktif dimana kesimpulan tidak ditarik
berdasarkan pengalaman ke indraan tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari
kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).
2.
Pengertian
Belajar.
Belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dilihat dari pengetahuan, pemahaman
sikap, kecakapan serta perubahan aspek itu sendiri.
Menurut
I.L Pasaribu mengemukakan bahwa “Belajar
merupakan proses perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan”. Perubahan tersebut tidak dapat
dikatakan belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara
seseorang, seperti disebabkan oleh obat-obatan dan sebagainya. (I.L Pasaribu 1983 dalam Amatul
Qoyyum 2002: 11).
Menurut
Ernest R. Hilgard (1948) dalam Sri Anitah( 2009: 2.4.) mengemjukakan bahwa
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan
dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif
yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif.
Menurut
pendapat Puji Santosa, dkk. Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau
perubahan kapasitas yang realtif permanen sebagai hasil pengalaman.
Menurut
Sri Anitah W, dkk. Mengatakan belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku dalam berinteraksi dengan
lingkungan (Sri Anitah W, 2009: 2.5).
3.
Pengertian
Hasil Belajar.
Sebuah
proses pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh tingginya angka perolehan
hasil belajar.
Nana
Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. (Nana Sudjana, 2001: 102)
Menurut
Purwanto hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang
telah mengikuti proses belajar mengajar. (Purwanto, 2009: 46)
Sedangkan
menurut Syaiful Bahri Djamarah, hasil belajar merupakan hasil penilaian
pendidikan tentang kemampuan setelah melakukan aktivitas belajar atau merupakan
akibat dari kegiatan belajar. (Syaiful Bahri Djamarah, 2007: 2)
Dan menurut H.Y Waluyo (1987: 24)
mengutip pendapat Sudiarto mengemukakan bahwa. “Hasil belajar tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam
mengikuti program belajar dan mengajar dengan tujuan pendidikan yang tidak
ditetapkan”.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat
penguasaan pengetahuan yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran yang di
tandai dengan perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik.
4.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.
Menurut
Sri Anitah W. (2009: 2.7), faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
antara lain:
a. Faktor
dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan
fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar seperti riang gembira
dan menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program
sekolah, pelaksana pembelajaran dan teman sekolah.
b. Faktor
dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya
adalah kecakapan, minat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, dan kesetaraan
serta kebiasaan siswa.
Diantara
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas, 76,6% dipengaruhi oleh
kompetensi guru, 32,43% dipengaruhi oleh penguasaan materi dan 8,60%
dipengaruhi oleh sikap guru terhadap pembelajaran. (Nana Sudjana, 2001: 102).
Sesuai
faktor-faktor diatas, keberhasilan belajar Matematika di pengaruhi oleh
berbagai kondisi yang berkaitan dengan proses belajar. Menurut Puji Santosa, (2011: 1.7), kondisi
tersebut adalah:
1. Kondisi
Internal adalah faktor dari dalam
diri seperti motivasi positif dan percaya diri dalam belajar tersedia materi
yang memadai untuk memancing aktivitas siswa dan adanya strategi dan
aspek-aspek jiwa anak.
2. Kondisi
Eksternal adalah faktor dari luar
diri siswa seperti lingkungan, guru, teman sekolah, keluarga, orang tua, dan
masyarakat.
B.
Metode
Simulasi (Simulation).
1.
Pengertian
Simulasi.
Metode simulasi merupakan salah satu
metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses
pembelajaran yang menggunakan simulasi cendrung objeknya bukan benda atau
kegiatan yang sebenarnya, melaikan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.
Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah
Dasar. Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan
keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Di samping itu,
dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku
yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran (Sri Anitah W. DKK, 2009: 5.22).
Ada
beberapa jenis mmodel simulasi diantaranya adalah:
1.
Bermain peran (roly playing) merupakan
bagian dari metode simulasi, dalam proses pembelajarannya metode ini
mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi.
2.
Sosiodrama merupakan bagian dari metode
simulasi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh kelompok untuk melakukan
aktivitas belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah individu
sebagai makhluk social.
3.
Permainan simulasi (simulation gemas)
merupakan bagian dari simulasi yang dalam pembelajarannya siswa bermain peran
sesuai dengan peran yang ditugaskan sebagai belajar membuat suatu keputusan.
2.
Langkah-langkah
Penggunaan Metode Simulasi.
Langkah-langkah
metode simulasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran menurut Sri Anitah W
(2009: 5.26) adalah:
a. Mempersiapkan
alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran.
b. Memberikan
penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.
c. Pelaksanaan
demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa.
d. Penguatan
(diskusi, Tanya jawab, dan latihan) terhadap hasil demonstrasi.
e. Kesimpulan.
3.
Keunggulan
Metode Simulasi.
Keunggulan
penggunaan metode simulasi dapat tercapai apabila kondisi pembelajaran
diciptakan secara efektif, diantraranya adalah:
a. Siswa
dapat melakukan interaksi social dan komunikasi dalam kelompoknya.
b. Aktivitas
siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam
pembelajaran.
c. Dapat
membiasakan siswa untuk memahami permasalahan social.
d. Melalui
kegiatan kelompok dalam simulasi dapat membina hubungan personal yang positif.
e. Dapat
membangkitkan imajinasi.
f. Membina
hubungan komunikasi dan bekerja sama dalam kelompok. (Sri Annitah W, 2009:
5.24)
4.
Kelemahan
Metode Simulasi.
Kendala-kendala
yang perlu diantisipasi oleh guru jika akan menerapkan metode ini di antaranya
adalah:
a. Relatif
memerlukan waktu yang cukup banyak.
b. Sangat
bergantungan pada aktivitas siswa.
c. Cenderung
memerlukan pemanfaatan sumber belajar.
d. Banyak
siswa yang kurang menyenangi simulasi sehingga simulasi menjadi tidak efektif.
(Sri Anitah W, 2009: 5.24)
C.
Hubungan
Antara Metode Simulasi Dengan Hasil Belajar.
Berdasarkan
kenyataan yang dialami oleh Penulis di lapangan setelah menerepkan metode
simulasi pada pelajaran Matematika dalam bermain peran (roly playing) bagaimana
sekelompok barang yang bisa dijual dan dibeli dengan uang (rupiah), siswa Kelas
IV yang semula pasif menjadi aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajaran serta berani untuk memperagakan di dalam kelas dengan menjual dan
membeli sekelompok barang. Setelah diadakan evluasi diakhir pembelajaran
ternyata perubahan hasil belajar siswa lebih meningkat sesuai target yang ingin
dicapai.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode simulasi (bermain peran)
dapat mendorong siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
v PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subjek,
Tempat, Waktu Serta Pihak Yang Membantu Penelitian.
1.
Subjek
Penelitian.
Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa Kelas IV dengan jumlah siswa 10 orang, yang terdiri
dari 5 orang siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
2.
Tempat
penelitian.
Penelitian
dilakukan di SD Negeri 012 Selat Nama Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri
Hilir.
3.
Waktu
penelitian.
Penelitian dilakukan selama 4 hari
masing-masing 2 hari pada setiap Siklus yang terdiri dari Siklus I dan Siklus
II.
4.
Pihak
Yang Membantu Dalam Penelitian.
Penelitian
yang telah di lakukan dibantu oleh Supervisor 2. Tugasnya adalah mengamati
aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
B.
Prosedur
Perbaikan Pembelajaran.
Penelitian
perbaikan pembelajaran terdiri atas 4 (empat) kegiatan yang dilakukan dalam
setiap Siklus, menurut Prof. Suharsimi Arikunto, dkk, (2008: 74). Keempat kegiatan prosedur perbaikan dalam setiap
siklus, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan,
Pengamatan, dan Refleksi.
SIKLUS
I
1.
Perencanaan.
a. Menyusun
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
b. Menyusun
langkah-langkah perbaikan.
c. Mempersiapkan
alat dan sumber belajar.
d. Mempersiapkan
lembar pengamatan guru dan siswa.
e. Mempersiapkan
lembar penilaian untuk siswa.
f. Mempersiapkan
buku pedoman yang relevan dan alat-alat evaluasi.
2.
Pelaksanaan.
Proses
pembelajaran mengacu pada Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
pada perencenaan, yaitu:
a. Kegiatan
Awal (10 menit).
1.
Memberi salam dan menanyakan keadaan
siswa.
2.
Melakukan Tanya jawab tentang materi
pelajaran.
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan
Inti (45 menit).
1.
Guru menunjukkan alat peraga.
2.
Siswa mengambil alat peraga yang telah
dibagikan masing-masing.
3.
Secara berkelompok, siswa diminta
membentuk kelompok sesuai dengan alat peraganya masing-masing.
4.
Siswa yang lain diminta memperhatikan
teman-temannya yang lain agar bisa bergantian.
5.
Siswa dan guru melakukan bermain peran.
6.
Siswa menjelaskan apa yang dilakukannya.
7.
Siswa menyimpulkan apa yang
dilakukannya.
8.
Siswa memantapkan kesimpulan siswa.
c. Kegiatan
akhir (15 menit).
a.
Melalui Tanya jawab, guru mengajak siswa
menyimpulkan tentang sekelompok barang dan uang rupiah.
b.
Guru memberikan latihan.
3.
Pengamatan/ Teknik Pengumpulan
Data.
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
a. Cara
Observasi digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja guru dan
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pengamatan dibantu oleh
Supervisor 2 melalui lembar pengamatan.
b. Cara
Penilaian/ Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan penguasaan
siswa terhadap materi yang telah diajarkan melalui Lembar Kerja Siswa (LKS).
4.
Refleksi.
Hasil
pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa serta hasil evaluasi diakhir
pembelajaran akan di analisa oleh Penulis secara intensif dibantu oleh
Supervisor 2. Dari hasil analisis diperoleh bahwa aktivitas guru dan siswa
belum mencapai kriteria yang diinginkan, selain itu hasil belajar siswa yang
diperoleh diakhir pembelajaran masih banyak dibawah KKM yang telah di tentukan.
Hasil
refleksi terhadap hasil pengamatan dan hasil belajar pada Siklus I ditemukan
permasalahan baru yang disebabkan karena kesempatan yang diberikan kepada siswa
untuk memperagakan cara bermain peran dengan menggunakan sekelompok barang dan
uang (rupiah) hanya diminta beberapa siswa membentuk kelompok sesuai perannya.
Maka dari itu, perbaikan pembelajaran akan melanjukkan pada Siklus II dengan
rencana dan pelaksanaan yang lebih sempurna.
SIKLUS II.
Pada
Siklus II ini, penulis kembali melakukan kegiatan seperti pada Siklus I, yaitu:
1.
Perencanaan.
a. Menyusun
RPP perbaikan Siklus II.
b. Mempersiapkan
langkah-langkah pembelajaran.
c. Mempersiapkan
alat peraga yang lebih menarik.
d. Mempersiapkan
lembar pengamatan guru dan siswa.
e. Mempersiapkan
soal evaluasi.
f. Menyediakan
buku penunjang yang relevan.
2.
Pelaksanaan.
a. Kegiatan
Awal (10 menit).
1)
Apersepsi, mengaitkan pelajaran melalui
pertanyaan berikut:
-
Siapa yang masih ingat macam-macam nilai
mata uang rupiah? Coba sebutkan!
-
Apabila kita membeli suatu barang bisa
kita bayar dengan uang rupiah?
-
Siapa yang mampu memperagakan jual beli
suatu barang dengan uang rupiah?
-
Siapa yang telah melakukan jual beli
barang di lingkungan luar sekolah?
2)
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan
Inti (45 menit).
1)
Guru menunjukkan media.
2)
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
masing-masing 4 orang.
3)
Siswa duduk berdasarkan kelompok
masing-masing.
4)
Siswa melakukan perannya masing-masing.
5)
Salah satu perwakilan kelompok bertindak
sebagai penjual dan sebagian lagi bertindak sebagai pembeli.
6)
Dua orang lagi memperhatikan temannya
yang lagi berperan sebagai penjual dan juga pembelih.
7)
Dua orang siswa yang tidak ada
kelompoknya bergantian kepada temannya agar bisa merasakan juga bermain peran
bersama temannya yang lain sebagai penjual dan pembeli.
c. Kegiatan
Akhir (15 menit).
1)
Guru bersama siswa merangkum materi
pelajaran.
2)
Siswa mengerjakan tes tulis.
3.
Pengamatan/
Teknik Pengumpulan data.
Teknik
pengumpulan data pada Siklus II ini caranya sama pada teknik pengumpulan data
pada Siklus I, yaitu:
a. Observasi
untuk memperoleh gambaran tentang kinerja atau aktifitas guru dan siswa dalam
proses pembelajaran, pengamatan dibuat Supervisor 2 melalui lembar pengamatan.
b. Mengukur
Kemampuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa terhadap penguasaan
materi yang dipelajari/dilakukan dengan cara evaluasi diakhir pembelajaran
melalui lembar penilaian yang telah disediakan.
4.
Refleksi.
Hasil
observasi terhadap aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa dianalisa
kembali untuk mencari kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi dalam
pembelajaran. Ternyata dengan mengajak siswa secara berkelompok bermain peran
untuk memperaktekkan cara menjual beli suatu barang dengan menggunakan mata
uang rupiah, membuat siswa termotivasi dan berani tampil percaya diri serta
aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa yang belum tampil juga
termotivasi untuk ikut bermain peran untuk menjual beli suatu barang dengan
menggunakan mata uang rupiah.
Hasil
refleksi terhadap hasil belajar siswa diakhir pembelajaran menunjukkan
perubahan yang sangat signifikan. Semua siswa memperoleh nilai diatas KKM yang
telah ditetapkan.
Dari
hasil refleksi terhadap aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa,
Penulis dibantu Supervisor 2, tidak lagi menemukan kelemahan-kelemahan guru
dalam mengajar dan siswa sudah terlibat secara aktif dalam pembelajaran serta
perolehan hasil belajar siswa sangat memuaskan.
C.
Teknik
Analisis Data.
Data
yang diperoleh diSiklus I pertemuan I dan II dan Siklus II pertemuan III dan IV
dianalisa dengan cara kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk memperoleh
gambaran hasil belajar siswa. Sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk
memperoleh gambar tentang aktifitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
v HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Hasil Perbaikan Pembelajaran.
1.
Deskripsi
Pra Siklus
Pelaksanaan
pembelajaran dilakukan pada saat pembelajaran Matematika di Kelas IV dengan
menggunakan materi uang (rupiah). Sedangkan indicator yang ingin dicapai adalah
dapat menuliskan nilai mata uang rupiah dan membedakan 5.000 dengan uang 10.000
rupiah.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran aktivitas siswa lebih didominasi oleh guru, sedangkan
siswa pasif hanya diam mendengarkan penjelasan guru. Dari 10 orang siswa hanya
1 orang siswa yang aktif mengikutivpembelajaran (10%). Setelah diadakan
evaluasi di akhir pembelajaran, hasil belajar yang diperoleh siswa juga tidak
memuaskan. Hanya siswa yang aktif yang memperoleh hasil di atas KKM yang
ditetapkan yaitu 72.
Penulis
melakukan analisis terhadap dokumen hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan
untuk menemukan penyebab kurangnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa sangat mengecewakan.
Dari
hasil efleksi yang dilakukan, penulis menemukan penyebab dari permasalahan ini
karena guru dominan menggunakan metode ceramah dan siswa kurang terlibat dalam
proses pembelajaran.
Untuk
mengatasi permasalahan diatas, penulis merencanakan perbaikan dengan
menggunakan metode simulasi untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa terhadap pembelajaran Matematika.
2.
Deskripsi
Siklus I
Kegiatan
yang dilakukan pada tahap perencanaan diawali dengan menyusun rencana perbaikan
pembelajaran dan menyusun langkah-langkah perbaikan, mempersiapkan media dan
sumber belajar serta mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas guru dan memilih
buku sumber yang relevan dengan materi ajar.
Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dikegiatan awal yaitu memberikan salam dan menanyakan
keadaan siswa, melakukan Tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru memperlihatkan
beberapa mata uang rupiah dan beberapa barang yang bisa diambil sebagai bahan
materi yang ada diruang kelas IV lalu mensimulasikan cara menggunakan uang
rupiah yang benar. Setelah itu meminta sekelompok siswa yang bermain peran
dengan menggunakan mata uang rupiah. Kemudian melakukan Tanya jawab tentang
uang rupiah dan diakhiri kegiatan guru mengajak siswa menyimpulkan materi
pelajaran dan memberikan lembar penilaian berupa soal.
Pengamatan
yang dilakukan oleh penulis di bantu supervisor melalui lembar pengamatan
terhadap aktivitas guru dan siswa terlihat bahwa aktivitas siswa mulai
meningkat. Dari 1 orang siswa menjadi 5 orang (50%) dari jumlah siswa. Dari
hasil pengamatan ditemukan penyebab permasalahan, yakni kesempatan yang
diberikan kepada siswa tampil melakukan bermain peran dengan menggunakan uang
rupiah yang tepat tidak merata, hanya diberikan kepada siswa yang aktif dan
berani tampil naik memperagakan bermain peran.
Dari
hasil refleksi terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung serta refleksi terhadap hasil belajar siswa, walaupun sudah memulai
namun penulis meyakinin perolehan hasil belajar siswa masih bisa ditingkatkan
lagi dengan cara memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk bermain peran
mensimulasikan mata uang rupiah yang tepat.
Berdasarkan pada pertemuan pertama kategori siswa
yang aktif sebanyak 3 orang siswa (30%), sedangkan kategori siswa yang sedang
sebanyak 2 orang siswa (20%) dan siswa yang tidak aktif sebanyak 5 orang siswa
(50%) dari jumlah siswa dan pada pertemuan kedua 5 orang siswa kategori siswa
yang aktif sebanyak 5 orang siswa (50%), sedangkan kategori siswa yang sedang
sebanyak 4 orang siswa (40%) dan siswa yang tidak aktif sebanyak 1 orang siswa
(10%) dari jumlah siswa.
3.
Deskripsi
Siklus II.
Pada
Siklus II ini, penulis kembali melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang telah
dilakukan pada Siklus I pertemuan I dan II. Diawali dengan perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Kegiatan
pada tahap perencanaan diawali dengan menyusun rencana perbaikan-perbaikan,
mempersiapkan langkah-langkah perbelajaran, mempersiapkan media yang menarik,
mempersiapkan lembar pengamatan, dan lembar penilaian serta menyediakan buku
penunjang yang revan.
Tahap
pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. Pada kegiatan awal,
guru melakukan apersepsi melalui beberapa pertanyaan dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Pada kegiatan inti, guru menyediakan media,
membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil, membagikan LKS kemudian
menjelaskan langkah-langkah yang harus di kerjakan dalam kerjakan dalam kerja
kelompok dan mensimulasikan uang rupiah dengan bermain peran dalam berjual beli
suatu barang yang ada di dalam lingkungan kelas. Pada kegiatan akhir, guru
mengajak siswa menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan lembar penilaian
atau soal evaluasi kepada siswa.
Pengamatan
yang dilakukan selama proses pembelajaran dibantu oleh Supervisor 2. Supervisor
mengamati kemampuan guru mengajar, aktivitas siswa melalui lembar pengamatan.
Perubahan-perubahan yang tercadi tampak lebih meningkat, siswa sudah aktif
dalam proses pembelajaran dan semuanya ingin tampil bermain peran. Demikian
pula dengan aktivitas guru, semua komponen dinilai dalam lembaran penilaian
sesudah dilaksanakan dengan baik. Setelah diadakan evaluasi di akhir pembelajaran
perolehan nilai siswa sangat memuaskan.
Setelah
dilakukan refleksi terhadap hasil pengamatan dan hasil evaluasi akhir ditemukan
penyebab terjadi keberhasilan tersebut, karena kesempatan yang diberikan semua
siswa untuk bermain peran secara bersamaan dalam menjual dan membeli suatu
barang yang ada dilingkungan kelas yang digunakan dalam materi dengan
menggunakan uang rupiah, agar hasil belajar mereka bagus semua.
Berdasarkan pada pertemuan III siswa yang aktif
sebanyak 5 orang siswa (50%), sedang sebanyak 5 orang siswa (50%). Sedangkan
pada pertemuan IV,10 orang siswa semuanya aktif (100%).
B.
Pembahasan Persiklus.
SIKLUS
I
1.
Aktivitas
Guru.
Pada
Siklus I pertemuan I, rata-rata aktivitas guru yaitu 68,75% dengan kriteria
baik sedangkan pada pertemuan II, rata-rata aktivitas guru yaitu 87,5%.
Berdasarkan presentase aktivitas guru tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa
aktivitas guru dalam proses pembelajaran pertemuan I belum tuntas dan pada
pertemuan II sudah mulai hampir tuntas dan masih perlu diadakan perbaikan lagi,
agar keberhasilan dalam mengajar bisa tercapai karena menurut Nana Sudjana 32,43%. Keberhasilan
pembelajaran di pengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar. (Nana Sudjana,
1989: 42).
2.
Ativitas
Siswa.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
pada Siklus I pertemuan I, siswa yang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
yaitu 30%, siswa yang mulai aktif dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu
mencapai 20% dan yang tiak aktif masih ada 50%.pada pertemuan II siswa yang
aktif yaitu 50%,siswa yang mulai aktif yaitu 40% dan yang tidak aktif tinggal
10%. Penggunaan metode yang tepat dapat memicu siswa untuk belajar aktif,
sehinga mampu mengmbangkan intelektualnya. Sesuai dengan pendapat Agus Taufik
dkk, (2011: 6.11), bahwa metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat
dalam aktivitas langsung dan bersifat bermain peran yang menyenangkan bukan sekedar
mengikuti pelajaran. (Agus Taufik, dkk 2011: 6.11).
3.
Hasil
Belajar Siswa.
Hasil
belajar siswa pada Siklus I jumlah nilai 720 dengan rata-rata 72 dari 10 orang
siswa hanya 5 orang siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM yang telah di
tentukan sekitar 50%. Sedangkan yang belum tuntas 5 orang siswa (50 %).
Berdasarkan hasil evaluasi belajar siswa pada Siklus I, maka perlu dilakukan
perbaikan agar hasil belajar siswa lebih meningkat dan
sempurna
lagi pada siklus II.
Siklus II
1.
Ativitas
Guru
Pada
Siklus II pertemuan III aktivitas guru dengan kategori baik, semua komponen dalam lembar pengamatan
sudah hampir dilaksanakan dengan baik, an pada pertemuan IV aktivitas guru
dengan kategori baik sudah di laksanakan dengan baik. Peningkatan aktivitas
guru dalam proses pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan terhadap
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
2.
Aktivitas
Siswa
Pada
Siklus II terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Siswa lebih semangat, bergairah dan berani menunjukkan bermain
peran di dalam kelas.
3.
Hasil
Belajar Siswa
Hasil
belajar siswa pada Siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Ditandai
dengan memperoleh nilai setelah diadakan evalusi diakhir pembelajaran pada
pertemuan IV rata-rata nilai siswa diatas KKM yang di tetapkan. Jumlah nilai
pada Siklus II 860 dengan nilai rata-rata 86. Dengan demikian dapat di
simpulkan bahwa penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 012 Selat Nama.
v SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A.
Simpulan
1.
Dengan menggunakan metode Simulasi dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran
Matematika di Kelas IV SD Negeri 012 Selat Nama.
2.
Dengan menggunakan metode Simulasi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri 012 Selat Nama.
3.
Berdasarkan hasil pengamatan observasi
pengamatan terlihat lebih aktif termotivasi dalam proses pembelajaran siklus II
sehingga penelitian tidak di lanjutkan pada siklus berikutnya.
4.
Hasil perbaikan pada siklus II nilai
rata-rata siswa semuanya mendapat nilai di atas KKM (100 %).
B.
Saran
dan Tindak Lanjut.
Berdasarkan
kesimpulan diatas, penulis menyarankan guru sebaiknya menggunakan metode
simulasi dalam mengajar matematika. Bisa juga diterapkan dalam pelajaran lain,
karena:
1.
metode ini dapat membuat siswa terlibat secara
aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat
tercapai sesuai diharapkan.
2.
Penerapan model pembelajaran simulasi
dapat di jadikan alternative model pembelajaran pada pelajaran matematika untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.
Sebelum menerapkan model pembelajaran
simulasi terlebih dahulu membuat perencanaan yang di deskripsikan secara jelas
langkah-langkahnya.
4.
Setiap guru dapat menciptakan media
pendukung berdasarkan kemampuan siswa.
v DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Gatot, Muhsetyo dkk. (2010). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujana, Nana. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sumantri, Mulyani. (2009). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim FKIP. (2009). Pemantapan Kemampuaan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
W, Sri Anitah . (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardhani, I.G.A.K. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.