A.
Latar
Belakang Masalah
Menurut
Basri (2012:1) sekolah merupakan sarana tempat terjadinya interatif belajar
mengajar antara guru sebagai pendidik
dan siswa sebagai peserta didik, dimana
guru sebagai pemegang peranan utama, kedua elemen ini sangat menentukan terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, guru sebagai tenaga
pengajar tentu akan berfikir keras tentang bagaimana pembelajaran yang ia
ajarkan kepada siswa agar dapat dimengerti
dan dipahami oleh mereka dengan cepat. Tentunya ini tidak lepas dengan strategi
pembelajaran yang diterapkan oleh guru tersebut.
Dia juga mengatakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA ) adalah ilmu yang mempelajari
tentang berbagai gejala
alam yang ada
dimuka bumi. IPA sangat
perlu di
SD karena dengan mempelajari IPA
peserta didik dapat mengetahui
gejala-gejala alam yang terjadi di lingkungannya. Dengan mempelajari
IPA peserta didik juga dapat melakukan percobaan-percobaan
tentang alam.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD adalah ilmu yang pokok
bahasannya adalah alam dengan segala isinya. Adapun hal-hal yang dipelajari
dalam IPA adalah sebab akibat yaitu hubungan kausual dari kejadian-kejadian
yang terjadi di alam. Wahidin (2006:21) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai pengetahuan yang sistimatis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa
kumpulan dari hasil observasi dan percobaan. Sesuai dengan kenyataan bahwa
aktivitas dalam IPA selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang
membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Dengan demikian, IPA bukan hanya
kumpulan pengetahuan tentang benda tak hidup dan makhluk hidup, tetapi
menyangkut cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah.
Guru
diharapkan dapat secara maksimal menciptakan
pembelajaran yang kreatif agar
siswa menyenangi pelajaran. Bila siswa senang dengan pembelajarannya maka di
luar sekolah pun dia akan belajar sendiri. Guru sebagai tenaga pengajar harus
mempunyai kemampuan untuk memilih dan menggunakan model atau metode untuk meningkatkan
aktifitas hasil belajar siswa. Untuk itu dalam proses belajar mengajar
kemampuan professional seorang guru sangat dibutuhkan, temasuk juga kemampuan
dalam memanfaatkan dan menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran.
Namun kenyataan yang dijumpai di sekolah, masih banyak
siswa dan siswi
hasil belajar IPAnya rendah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas V di SD
Negeri 016
Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah
disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa umumnya masih rendah. Dengan kata
lain, banyak siswa yang nilainya masih berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM ) yang ditetapkan
sekolah yaitu ≥ 65.
Berdasarkan dari hasil pra siklus peneliti menjumpai hanya 8 orang siswa dari
20 siswa yang nilainya dapat mencapai KKM. Hal itu disebabkan karena ditemukan
adanya kendala yang dihadapi oleh para guru SD Negeri 016 Kuala Enok ketika
melaksanakan pembelajaran IPA. Kendala yang dihadapi adalah minat belajar dan
aktifitas siswa dalam pembelajaran IPA masih sangat kurang ditambah lagi karena
guru mengajar secara monoton, kurang menarik, siswa kurang aktif, KBM hanya menggunakan
metode ceramah, dan media masih sangat kurang dan belum tersedia sehingga hasil
belajar juga sangat rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
dapat tercipta bila guru menggunakan model atau metode yang bervariasi dan
penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan materi IPA yang akan
diajarkan, sehingga siswa menjadi tertarik mempelajari IPA. Oleh karena itu,
peneliti mencoba untuk memecahkan masalah dan memperbaiki proses pembelajaran
tersebut dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Menurut
Hamdani (2010: 89) model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu
bentuk model pembelajaran kooperatif yang menggunakan gambar yang diurutkan
atau dipasangkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan
gambar sebagai media dalam proses penbelajaran. Gambar-gambar ini menjadi
faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga, sebelum proses pembelajaran
guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk karton dalam ukuran besar.
Untuk itu
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Picture and
Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 016 Kuala
Enok Kecamatan Tanah Merah Tahun Pelajaran 2013 / 2014.”
1.
Identifikasi
Masalah
a. Hasil
belajar IPA siswa rendah.
b.
Minat belajar dan aktifitas siswa
dalam pembelajaran IPA masih sangat kurang.
c.
Guru mengajar secara monoton.
2.
Analisis
Masalah
a.
Guru tidak menguasai metode
mengajar, hanya menerapkan metode ceramah saja.
b.
Proses belajar mengajar bersifat
monoton.
c.
Guru tidak menggunakan alat peraga
atau media.
3.
Alternatif
dan Prioritas Pemecahan Masalah
a.
Guru harus menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
b.
Guru menggunakan model atau metode
yang bervariasi dan penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan materi
IPA.
c.
Guru menggunakan model pembelajaran
picture and picture untuk memecahkan masalah dan memperbaiki proses
pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah model
pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas V SD Negeri 016 Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah.
C.
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 016 Kuala
Enok Kecamatan Tanah Merah dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture.
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan pembelajaran
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
Dapat
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA sehingga menjadi mata
pelajaran yang menarik bagi siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar dan
menambah pemahaman pada pembelajaran IPA.
2. Bagi Guru
Bagi guru IPA khususnya dan guru
lainnya dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran picture and picture dan membuat
guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah
untuk meningkatkan kualitas pengajaran disekolah dan sebagai pertimbangan dalam
memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
4. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti
tentang model pembelajaran picture and sehingga nantinya dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran yang baik.
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hasil Belajar
a.
Pengertian
Belajar
Menurut
Dmiyati dan Mudjiono (2006:16) belajar merupakan tindakan dan perilaku yang
kompleks, sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, sebagai
perwujudan emasipasi siswa menuju kemandirian. Sedangkan, menurut Sanjaya
(2008:88) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang dirancang dan
bertujuan yang mana hasil dari belajar tersebut diharapkan dapat memcahkan
masalah. Menurut Slameto (1995:2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari
teori-teori belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu adalah proses
yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya dan perubahan tingkah
laku sebagai hasil pengalaman individu.
b.
Pengertian
Hasil Belajar
Hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang bersifat menetap.
Dmiyati dan
Mudjiono (2006:17) mengatakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam
bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar setiap akhir
pembelajaran. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima
pengalaman belajar yakni kemampuan keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
pengertian, sikap dan cita-cita yang diimplementasikan kepada model
pembelajaran picture and picture serta hasil tes setelah mengikuti proses
pembelajaran IPA.
Hasil
belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini
berarti bahwa guru perlu mennyusun rancangan dan pengolahan pembelajaran yang
memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya
Abdurrahman (2003:40).
Berdasarkan
pengertian-pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah proses tingkah laku seseorang dalam proses pembelajaran dalam
bantuk nilai atau skor yang diperoleh dari hasil tes pada akhir pembelajaran.
Selanjutnya, satu hal
sudah pasti belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh
i’tikat dan maksud tertentu. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Guru dapat menyusun dan membina
kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun
individu. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu: (a).
Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan
cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada
kurikulum sekolah, Sudjana (2009: 18).
c.
Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sudjana
(2000:39), mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa
terutama kamampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
Selain
faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa,
merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah
perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus
merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus
berusaha mengarahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.
Sungguhpun
demikian, hasil yang diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada
faktor di luar dirinya yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di
sekolah menurut Sudjana (2000:40), ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud
dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam
mencapai tujuan pengajaran.
d.
Hasil
Belajar IPA
Hasil
belajar IPA yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah penguasaan siswa dalam memahami pembelajaran IPA yang dinyatakan dalam angka-angka atau skor
setelah melaksanakan tes hasil belajar melalui model pembelajaran picture and
picture pada materi
alat pencernaan manusia dan makanan dan kesehatan di
kelas V SD Negeri 016 Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah semester 1 tahun ajaran 2013/2014.
B.
Model Pembelajaran Picture and
Picture
a. Pengertian Model Pembelajaran
Picture and Picture
Menurut Istarani (2011:1) model pembelajaran adalah seluruh
rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang
dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang
terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan Mohammad (2007:120) menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan
mengarahkan pembelajaran di kelas atau di luar kelas yang sesuai dengan
karakteristik perkembangan dan karakteristik belajar siswa.
Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah
model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan
sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan
alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan
fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang
disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat
diingat kembali oleh siswa. Picture and
Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis Hamdani (2010:89). Sehingga sebelum proses pembelajaran
guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
b.
Langkah –
langkah Model pembelajaran Picture and
Picture
Menurut
Rianto (2010:267) menyatakan langkah-langkah model pembelajaran Picture and picture sebagai berikut:
1.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
2.
Menyajikan
materi sebagai pengantar.
3.
Guru
mengajukan/ memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4.
Guru
menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
5.
Guru
menyatakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6.
Berdasarkan
ulasan urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan
atau rangkuman.
c. Kelebihan
dan Kelemahan Model pembelajaran Picture and Picture
Dalam setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan
kekurangannya, menurut Istarani (2011:8) kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran picture and picture adalah:
1.
Kelebihan Model Pembelajaran Picture
and Picture:
a. Materi yang diajarkan lebih terarah
karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai
dan materi secara singkat terlebih dahulu
b.
Siswa
lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar
mengenai materi yang dipelajari.
c.
Dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa
mengurutkan gambar.
d.
Dapat
meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk
menganalisa gambar yang ada.
e.
Pembelajaran
lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah
dipersiapkan oleh guru.
- Kelemahan Model Pembelajaran Picture and Picture:
a. Sulit menemukan gambar-gambar yang
bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran.
b. Sulit menemukan gambar-gambar yang
sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.
c. Baik guru ataupun siswa kurang
terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu
materi pelajaran.
d. Tidak tersedianya dana khusus untuk
menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.
C.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang di ajukan dalam
penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 016 Kuala Enok
Kecamatan Tanah Merah Tahun Ajaran 2013/2014.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
A.
Subjek,
Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 016
Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 15
orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V
SD Negeri 016
Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah pada semester 1 tahun ajaran 2013/2014 dari
bulan September sampai bulan Oktober 2013.
B.
Desain
Penelitian
Bentuk penelitian adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas.
Menurut Taniredja (2012:17) PTK adalah penelitian yang mengangkat
masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan
pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesioanal. Sedangkan
menurut Daryanto (2011:4) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan. PTK ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus akan dilaksanakan
selama dua kali pertemuan, dengan model siklus yaitu merencanakan perbaikan, melaksanakan
tindakan, observasi, dan melakukan refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas (PTK)
merupakan kegiatan kolabarasi antara peneliti, praktisi (guru, dosen, dan
pendidik yang lainnya) yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Apabila guru mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk kelasnya sendiri
maka ia bertindak sebagai peneliti sekaligus praktisi.
C.
Prosedur Perbaikan
Pembelajaran
Prosedur perbaikan pembelajaran terdiri dari empat aktivitas
dalam setiap siklusnya yang diawali dengan perencanaan tindakan (planning),
pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection),
dan seterusnya sampai dicapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.
1.
Perencanaan Tindakan
Dalam
tahap rencana pelaksanaan penelititan ini, di perlukan persiapan-persiapan
untuk menunjang penelitian yaitu antara lain: mengembangkan rencana
perencanaan pembelajaran (RPP), lembar
materi ajar, lembar kerja siswa (LKS), menyusun tes hasil belajar/evaluasi,
lembar observasi/pengamatan dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program
pembelajaran dengam menerapkan model pempelajaran picture and picture,
pengambilan atau pengumpulan data evaluasi, LKS, dan lembar observasi. Materi
pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan ini: Alat Pencernaan Manusia dan
Makanan dan Kesehatan.
3.
Observasi
Kegitan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan
tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan
hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang
dikembangkan oleh peneliti. Dalam tahap observasi ini ditunjuk seorang guru
sebagai observer.
4.
Refleksi
Refleksi di laksanakan pada akhir pada setiap siklus.
Refleksi bertujuan agar peneliti dapat meninjau keberhasilan siswa dengan
mengumpulkan data-data yang menjadi kesimpulan dalam belajar. Kegiatan refleksi
akan menimbulkan pertanyaan yang bisa dijadikan acu keberhasilan, misalnya
apakah hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan secara individual dan
interaksi siswa dalam proses pembelajaran serta dalam kelompok belajarnya.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Adapun dua teknik digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu:
1. Teknik Observasi
Observasi digunakan untuk mengetahui dan melihat kelemahan
dan kekurangan guru dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan lembar pengamatan
yang telah disediakan. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang sangat menentukan dalam penelitian tindakan kelas. Dari hasil data yang
diperoleh sebagai fakta untuk melihat ada tidaknya dampak perbaikan
pembelajaran yang diharapkan. Observasi dilakukan oleh observer dimana pada
penelitian ini yang bertindak sebagai observer adalah teman sejawat.
2.
Teknik
Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa pada ulangan akhir siklus (UAS).
3.
Dokumentasi
Dokumentasi atau catatan penting dipergunakan untuk melihat
hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan sehingga dapat menentukan
tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan sebelumya.
Selain catatan, dokumentasi juga dapat berupa foto-foto atau video
E.
Teknik
Analisis Data
Data yang sudah diperoleh melalui
lembar pengamatan dan tes hasil belajar IPA kemudian dianalisa. Hal ini
digunakan sebagai bahan perbaikan pada siklus berikutnya. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian adalah analisis deskriptif. Tujuan dari analisis deskriptif adalah
untuk mendeskripsikan data analisis guru dan siswa serta hasil belajar siswa
setelah pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran picture and picture.
1.
Analisis data Aktivitas Guru dan siswa
Untuk menganalisis aktivitas guru dan siswa menggunakan
rumus sebagai berikut:
NR
=
x 100% (Mulyasa 2009:183)

Keterangan:
NR : Persentasi
rata-rata aktivitas (Guru/Siswa)
JS : Jumlah skor
aktivitas yang dilakukan
SM : Skor maksimal
yang didapat dari aktivitas (Guru/Siswa)
2.
Analisis Hasil Belajar
Analisis data hasil belajar siswa terdiri dari: (1) ketuntasan individual dan, (2) ketuntasan
klasikal.
a.
Ketuntasan Individu
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
ditetapkan sekolah yaitu 65. Siswa dikatakan tuntas apabila siswa tersebut
mencapai nilai minimal 65. Untuk mengetahui hasil belajar siswa secara
individu, data diolah menggunakan rumus:
K =
x 100%
(Mulyasa, 2009:183)

Keterangan:
K : Ketuntasan belajar siswa
SP : Skor yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimial
b.
Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan
klasikal dikatakan tercapai apabila 75% dari seluruh siswa memperoleh nilai
minimum 65 maka kelas itu dikatakan tuntas. Untuk menentukan ketuntasan belajar
secara klasikal dapat digunakan rumus sebagai berikut:
KK =
x 100%
(Mulyasa, 2009: 183)

Keterangan:
KK :
Persentase ketuntasan belajar klasikal
JT :
Jumlah siswa yang tuntas
JS :
Jumlah seluruh siswa
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
A.
Deskripsi
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi Pra Siklus
Berdasarkan tes uji kompetensi IPA
pada materi Alat Pencernaan Manusia dan Makanan dan Kesehatan masih kurang
memuaskan, padahal guru sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan penjelasan
dan menerangkan materi berulang-ulang mungkin karena materi yang terlalu banyak
sehingga siswa menjadi bingung karena materi pelajaran yang lalu belum hafal
ditambah lagi dengan materi baru yang banyak dan membutuhkan ingatan yang kuat
untuk menghafalnya.
Pada kondisi pra siklus setelah
dilakukan tes rata-rata kelas hanya mencapai 57, 5 masih di bawah KKM yang
ditargetkan yaitu 65. Dari seluruh siswa yang berjumlah 20 orang hanya 8 siswa
yang tuntas (40%) atau 12 siswa (60%) belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa
selama ini pemahaman yang diterima siswa tentang materi yang disampaikan belum
tercapai. Oleh karena itu peneliti
meminta bantuan teman sejawat untuk bersama-sama mengidentifikasi kekurangan
pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan.
Salah satu upaya yang peneliti
lakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture dengan
harapan siswa lebih mudah dalam menerima materi dan mudah untuk mengingat
materi yang telah disampaikan guru sehingga diharapkan hasil belajar IPA siswa
meningkat.
Data hasil belajar siswa di pra
sklus berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan peneliti selama proses
pembelajaran yaitu: siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan kategori
belum tuntas sebanyak 12 orang atau 60%, dan siswa yang tuntas sebanyak 8 orang
siswa atau 40%.
Hasil observasi
siswa pada pra siklus selama proses pembelajaran di kelas dengan mengunakan
instrumen observasi yang dipegang kolaborator ada beberapa catatan hasil dari
bentuk keaktifan yang telah dilakukan oleh siswa diantaranya: bentuk aktivitas
dalam penerapan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas V Semester I SD Negeri 016 Kuala Enok Kecamartan Tanah
Merah dapat peneliti gambarkan sebagai berikut:
a. Siswa aktif mendengarkan dengan
seksama penjelasan guru
b. Siswa aktif bertanya kepada guru
c. Siswa aktif dalam bekerja kelompok
d. Siswa aktif memperagakan
e. Siswa aktif mengomentari hasil kerja
teman
Berdasarkan
nilai keaktifan siswa pada pra siklus siswa yang berada pada kategori baik
sekali ada 2 siswa atau 10%, kategori baik 4 siswa atau 20%, kategori cukup 6
siswa atau 30%, kategori kurang 4 siswa atau 20%, dan kategori kurang sekali 4
siswa atau 20%. Kategori kurang masih mendominasi
keaktifan siswa dalam penerapan model pembelajaran pictutre and picture. Dengan
kata lain, siswa masih pasif.
Hal ini menunjukan kecenderungan siswa sebagai berikut:
1. Siswa masih banyak yang rebut ketika
guru menjelaskan materi.
2. Siswa masih kurang antusias dalam
bertanya kepada guru.
3. Siswa masih kurang kompak dalam
kerja kelompok.
4. Siswa banyak yang diam ketika
disuruh mengomentari hasil kerja teman.
Selanjutnya,
peneliti melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan yang ada di siklus I,
mencari solusi terhadap permasalahan yang ditemukan di kelas dengan melakukan
tindakan diantaranya:
a. Guru harus mempersiapkan RPP dan
perangkat pembelajaran dengan baik.
b. Guru harus lebih meningkatkan
motivasi siswa.
c. Guru harus lebih dapat menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture.
d. Guru harus sering berkeliling
mendekati siswa.
e. Guru menyeting kelas yang
memungkinkan untuk siswa berinteraksi.
f. Mencatat kegiatan yang terjadi di
dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
g. Mengisi lembar observasi siswa.
Dari refleksi di atas didapatkan
beberapa solusi terhadap permasalahan penerapan model pembelajaran picture and
picture untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 016 Kuala
Enok Kecamatan Tanah Merah. Hasil refleksi kemudian dijadikan rumusan untuk
diterapkan pada siklus I sebagai upaya tindak perbaikan terhadap upaya
keaktifan belajar siswa pada pra siklus
2. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perbaikan pembelajaran pada siklus
I dilakukan untuk pokok bahasan alat pencernaan manusia dan makanan dan
kesehatan dan sudah menggunakan model pembelajaran picture and picture.
Perbaikan pembelajaran pada siklus I merupakan perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan sebelumnya dalam rencana pembelajaran yang telah dirumuskan yaitu
alat pencernaan manusia dan makanan dan kesehatan.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran
dengan mengunakan model pembelajaran picture and picture dilakukan pretes untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terkait dengan materi yang akan
disampaikan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah melaksanakan pretes, guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. Urutan kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran. Urutan kegiatan yang
dilakukan mulai kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Dalam
kegiatan awal guru membuat apersepsi. Dalam kegiatan inti guru mengulangi
materi secara klasikal dan kemudian membagi siswa dalam empat kelompok.
Kemudian memberikan alat peraga berupa gambar yang berbeda-beda pada tiap
kelompok. Menunjuk beberapa siswa perwakilan kelompok untuk menjawab beberapa
pertanyaan berkaitan dengan materi yang terdapat pada alat peraga. Kemudian,
merangkum hasil yang telah dikerjakan secara berkelompok. Pada kegiatan akhir
dilaksanakan dengan memberikan postes.
c. Hasil Pengamatan
Pengamatan atau observasi
dilakukan dengan intensif dan berkelanjutan. Data yang dikumpulkan meliputi
data: perilaku siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan format pengamatan
prilaku, penilaian hasil pelaksanaan pembelajaran, aktivitas guru selama
pembelajaran. Guru berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengamati
pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Hasil pengamatan observer tentang siswa
antara lain adanya beberapa siswa mulai aktif bertanya tentang penggunaan alat
peraga, siswa lebih memperhatikan dalam proses pembelajaran. Namun, dalam
siklus I masih nampak beberapa siswa yang pasif ketika proses pembelajaran
berlangsung.
Dari lembar pengamatan guru dapat
disimpulkan guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik. Guru sudah memberikan
bimbingan secara individu namun kurang merata karena terbatasnya waktu.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan untuk
mengulas pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Pada kegiatan siklus I pada
dasarnya proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, namun masih dijumpai
beberapa siswa yang masih pasif dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
Berdasarkan hasil refleksi
tersebut maka pada siklus berikutnya perlu kegiatan yang melibatkan semua siswa
aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya. Sehingga pada tugas kelompok semua
siswa diwajibkan mengumpulkan hasil pekerjaan kelompok secara individu.
3. Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II merupakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan indikator yang sama.
Pada siklus I ada siswa yang belum aktif sehingga perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya yaitu siklus II. Pada
dasarnya siklus II mempunyai prinsip kerja yang sama dengan pelaksanaan
tindakan siklus I hanya, pada siklus II ini pada tahap persiapan berdasarkan
hasil observasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I. Langkah-langkah
pembelajaran sama namun diberikan dengan gambar yang berbeda dengan siklus I
sehingga ada penambahan soal bagi siswa sehingga diharapkan materi yang diserap
dan dihafal siswa akan lebih banyak karena luasnya materi yang terdapat pada
pokok bahasan alat pencernaan manusia dan makanan dan kesehatan pada pelajaran
IPA yang pada akhirnya hasil belajar IPA kelas V dapat meningkat.
B.
Pembahasan
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 30 September 2013 dan hari Rabu tanggal 02 Oktober 2013. Kegiatan
penelitian kelas pada siklua I dikatakan berhasil apabila para siswa yang
menjadi objek penelitian telah meningkat hasil belajarnya. Indikasi
keberhasilan ditunjukan melalui hasil pembelajaran sebelum dilakukan siklus dan
hasil tes siklus I yang mengalami peningkatan dari rata- rata
57,5 menjadi 71,3. Dari 20 siswa kelas V ternyata
yang telah mencapai KKM adalah 12 orang sedangkan 8 siswa belum berhasil
mencapai KKM yang ditentukan dibandingkan dari pembelajaran sebelumnya yang
mencapai KKM hanya 8 siswa dan yang belum mencapai KKM sebanyak 12 siswa.
Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari 40% menjadi 60%. Secara
keseluruhan hasil yang diperoleh meningkat.
Perbandingan hasil belajar pra
siklus dan siklus I mengalami peningkatan. Pada interval baik sekali dari 2
siswa meningkat menjadi 6 siswa dari 10% menjadi 30%. Sedangkan, pada interval
baik tidak mengalami kenaikan dan penurunan melainkan tetap dari 6 siswa
menjadi 6 siswa. Pada interval sedang tidak ada siswa dalam kriteria ini. Pada
interval kurang ada 8 siswa menjadi 7 siswa dan pada interval sangat kurang
dari 4 siswa menjadi 1 siswa.
Proses
pembelajaran siklus I dilakukan dimulai dengan mengucapkan salam dan menyuruh
siswa untuk membaca doa bersama-sama agar proses pembelajaran berjalan hikmat,
selanjutnya peneliti mengabsen siswa dan melakukan apersepsi terhadap materi
yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.
Guru
memberikan gambar-gambar alat pencernaan manusia dan makanan dan kesehatan,
selanjutnya masing-masing kelompok berdiskusi kemudian, perwakilan dari
masing-masing kelompok maju ke depan untuk memasangkan/ mengelompokkan gambar
alat pencernaan manusia dan makanan dan kesehatan yang saling berhubungan. Guru
memberikan penguatan pada jawaban siswa.
Selanjutnya
guru memeriksa hasil kerja kerja siswa yang telah maju di depan dan memberikan
penghargaan setiap kelompok yang maju ke depan dengan tepuk tangan dan
apresiasi dengan ucapan bagus.
Setelah proses pembelajaran terjadi peneliti
memberikan soal yang harus diisi siswa secara individu, setelah itu siswa
disuruh mengumpulkan ke depan dan peneliti mengajak siswa untuk membaca
hamdalah dan doa bersama. Selanjutnya hasil observasi pada siklus I dalam
penerapan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas V Semester I SD Negeri 016 Kuala Enok Kecamatan Tanah
Merah dapat peneliti gambarkan sebagai berikut:
a. Siswa aktif mendengarkan dengan
seksama penjelasan guru
b. Siswa aktif bertanya kepada guru
c. Siswa aktif dalam bekerja kelompok
d. Siswa aktif memperagakan
e. Siswa aktif mengomentari hasil kerja
teman
Berdasarkan
nilai proses keaktifan siswa melalui penerapan model pembelajaran picture and
picture pada siklus I dengan jumlah keaktifan siswa yang berada pada kategori
baik sekali ada 4 siswa atau 20% meningkat dari pra siklus yaitu 2 siswa atau 10%,
kategori baik 6 siswa atau 30% meningkat dari pra siklus yaitu 4 siswa atau
20%, Sedangkan, pada kategori cukup dan kategori kurang tidak mengalami
perubahan yaitu 6 atau 30% pada kategori
kurang dan 4 atau 20% pada kategori
kurang, dan tidak ada siswa pada kategori kurang sekali.
Itu berarti keaktifan siswa sudah mulai meningkat tetapi
masih membutuhkan tindakan lebih lanjut karena masih ada beberapa siswa yang
belum aktif.
Hal ini menunjukkan kecendrungan siswa sebagai berikut:
1.
Siswa
sudah mulai banyak mendengarkan ketika guru meenjelaskan materi.
2.
Siswa
mulai antusias dalam bertanya kepada guru.
3.
Siswa
sudah mulai terlibat aktif dalam kerja kelompok.
4.
Siswa
mulai banyak yang mengomentari hasil praktik kelompok lain.
Selanjutnya
peneliti melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegitan yang ada di siklus I,
peneliti mencari solusi terhadap permasalahan yang ditemukan di kelas dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Guru harus mempersiapkan RPP dan
perangkat pembelajaran dengan baik.
b. Guru harus lebih meningkatkan
motivasi siswa.
c. Guru menyuruh siswa untuk lebih
mengamati segala kegiatan yang dilakukan oleh guru dan teman yang sudah bisa.
d. Guru lebih menekankan kemampuan
individu dalam kelompok dengan kerja kelompok yang bergantian maju di depan
kelas.
e. Menyeting kelas lebih komunikatif
lagi.
f. Mencatat kegitan yang terjadi di
dalam kelas selama kegiatan penerapan model pembelajran picture and picture
berlangsung.
g. Mengisi lembar observasi siswa.
Dari
refleksi di atas didapatkan beberapa solusi terhadap permasalahan penerapan
model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas V SD Negeri 016 Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah. Hasil refleksi
kemudian dijadikan rumusan untuk diterapkan pada siklus II sebagai upaya tindak
perbaikan terhadap upaya keaktifan belajar siswa pada siklus I.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 07 Oktober 2013 dan hari Rabu tanggal 09 Oktober 2013. Kegiatan
penelitian tindakan kelas pada siklus II adalah memperbaiki kekurangan yang ada
pada siklus I. Dalam hal ini peneliti sebagai guru bekerja sama dengan teman
sejawat melakukan perbaikan dalam pembelajaran. Penggunaan model yang sama pada
indikator yang sama namun soal yang digunakan berbeda dan tugas kelompok
dikerjakan secara individu sehingga semua siswa aktif mengerjakan soal yang
diberikan guru. Melalui perbaikan dengan penelitian tindakan kelas ternyata
kelihatan hasil yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan
rata-rata kelas dan persentase ketuntasan pada pra siklus, sikus I dan siklus
II mengalami peningkatan dari rata-rata 57,5 meningkat 71,3 dan menjadi 82,5
pada siklus II. Persentase ketuntasan dari 40% meningkat 60% menjadi 80%.
Berdasarkan hasil analisis data, Pada interval baik sekali dari 2 siswa pada
pra siklus menjadi 6 siswa pada siklus I, pada siklus II dari 6 siswa menjadi
10 siswa. Hal ini dikarenakan sebagian siswa yang pada awalnya di interval baik
masuk ke interval baik sekali sebanyak 4 siswa. Pada interval baik siswa dari
pra siklus sampai siklus II jumlahnya tetap 6, sedangkan siswa pada cukup tidak
dijumpai. Pada interval kurang dijumpai 8 siswa pada pra siklus menurun menjadi
7 siswa pada siklus I dan menurun lagi pada siklus II menjadi 4 siswa. Dan pada
interval sangat kurang dari 4 siswa pada pra siklus menurun menjadi 1 siswa
pada siklus I dan pada siklus II tidak dijumpai siswa dalam kategori ini.
Jadi, Persentase
ketercapaian KKM hasil pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II yaitu
dimana pada kondisi pra siklus setelah
dilakukan tes rata-rata kelas hanya mencapai 57, 5 masih di bawah KKM yang
ditargetkan yaitu 65. Dari seluruh siswa yang berjumlah 20 orang hanya 8 siswa
yang tuntas (40%) atau 12 siswa (60%) yang tidak tuntas. Sedangkan, pada siklus
I persentase ketercapaian KKM dan rata-rata kelas sudah mengalami peningkatan
yaitu rata-rata kelas meningkat menjadi 71,3 yang mana pada pra siklus hanya 8
orang siswa yang tuntas menjadi 12 orang (60%) siswa yang tuntas atau 8 siswa
(40%) siswa yang tidak tuntas pada siklus I. Selanjutnya, pada siklus I
persentase ketercapaian KKM dan rata-rata kelas sudah mengalami peningkatan
yang singnifikan yaitu rata-rata kelas meningkat lagi mencapai 82,5 yang mana
pada siklus I 12 orang yang tuntas meningkat lagi menjadi 16 (80%) siswa yang tuntas atau 4
(20%) siswa yang tidak tuntas pada siklus II.
Proses pembelajaran pada siklus II
ini tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan pada siklus I, hanya saja lebih
diintensifkan pembelajarannya. Proses pembelajaran dilakukan dimulai dengan
mengucapkan salam dan menyuruh siswa untuk membaca doa bersama-sama agar proses
pembelajaran berjalan hikmat, selanjutnya peneliti mengabsen siswa dan
melakukan apersepsi terhadap materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
Guru
meminta masing-masing kelompok untuk mengeluarkan gambar-gambar alat pencernaan manusia dan makanan dan
kesehatan (yang sebelumnya sudah dibuat di rumah bersama kelommpoknya).
Selanjutnya setiap kelompok secara bergantian diminta untuk mempresentasikan
hasil temuannya di depan kelas dengan memasangkan gambar alat pencernaan pada
manusia dan makanan dan kesehatan tersebut di papan tulis. Kelompok yang
memperoleh gambar lebih banyak dan benar akan mendapat nilai paling bagus. Guru
memberikan penguatan pada jawaban siswa.
Selanjutnya
guru memeriksa hasil kerja kerja siswa yang telah maju di depan dan memberikan
penghargaan setiap kelompok yang maju ke depan dengan tepuk tangan dan
apresiasi dengan ucapan bagus.
Setelah proses pembelajaran terjadi peneliti
memberikan soal yang harus diisi siswa secara individu, setelah itu siswa
disuruh mengumpulkan ke depan dan peneliti mengajak siswa untuk membaca
hamdalah dan doa bersama.
Setelah
mengobservasi siswa selama proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan
instrumen yang dipegang kolaborator. Ada beberapa catatan hasil dari bentuk
keaktifan siswa pada siklus I yaitu jumlah siswa yang berada pada kategori baik
sekali mencapai 10 siswa atau 50% meningkat dari siklus I yang hanya 4 siswa
atau 20%, pada kategori baik ada 8 siswa atau 40% naik dari siklus I yang hanya
6 siswa atau 30%, sedangkan pada kategori cukup ada 2 siswa atau 10% menurun
dari siklus I yang masih ada 6 siswa atau 30%, pada kategori kurang 0 siswa
atau 0% menurun dari siklus I yang masih ada 4 siswa atau 20%. Ini menunjukkan
siswa sudah aktif dalam pembelajaran.
Hal yang menunjukan kecenderungan siswa sebagai berikut:
a. Siswa sudah aktif mendengarkan
ketika guru menjelaskan materi.
b. Siswa sudah antusias dalam bertanya
kepada guru.
c. Siswa sudah aktif dalam kerja kelompok.
d. Siswa sudah aktif dalam menyebutkan
alat pencernaan manusia dan makanan dan kesehatan dalam alat peraga.
e. Siswa aktif mengomentari hasil
praktik kelompok lain.
Proses penerapan model pembelajaran picture and picture pada
mata pelajaran IPA kelas V semester I siswa negeri 016 Kuala Enok Kecamatan
Tanah Merah dengan tingkat hasil belajar mencapai 80% dan keaktifan sudah
mencapai 80% dan sudah mencapai indikator yang ditetapkan maka peneliti
menghentikan tindakan kelas ini.
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut:
- Penerapan model pembelajaran
picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri 016 Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah Tahun Pelajaran 2013/2014.
- Pada penerapan model
pembelajaran picture and picture aktivitas guru dan siswa pada setiap
pertemuan mengalami peningkatan.
- Rata-rata ketuntasan belajar
siswa dengan KKM 65 mengalami peningkatan pada setiap siklus, dimana
ketuntasan belajar siswa pada pra siklus ada 8 siswa atau 40% naik menjadi
12 siswa atau 60% pada siklus I, meningkat lagi pada siklus II menjadi 16
siswa atau 80%.
- Penerapan model pembelajaran
picture and picture dapat diterapkan pada semua tingkat kemampuan siswa
yaitu kelas atas, kelas tengah dan kelas bawah.
B.
Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian,
simpulan yang diperoleh maka dapat disampaikan saran sebagai berikut:
- Bagi Siswa
Siswa harus terus meningkatkan
motivasi belajarnya agar mendapatkan hasil yang baik dalam proses pembelajaran
yang dilakukan.
- Bagi Guru
Bagi guru yang akan menerapkan model
pembelajaran picture and picture ini untuk dapat menyiapkan semua perangkat
pembelajaran secara sistematis, dan hendaknya meningkatkatkan keterampilannya
mengenai model-model pembelajaran yang aktif dan kreatif sehingga dapat
tercapai tidak hanya dengan pelajaran IPA tetapi juga pada mata pelajaran lain.
- Bagi peneliti
Bagi peneliti yang akan
mengembangkan penelitian ini hendaknya mengkaji kembali indikator-indikator dalam
penelitian dan memperluas wawasan pengetahuan khususnya mengenai hasil belajar
IPA siwa kelas V sekolah dasar.
- Bagi Sekolah
Hendaknya mendorong guru di
lingkungan kerjanya untuk menggunakan model pembelajaran picture and picture
pada mata pelajaran lain misalnya, IPS, Bahasa Indonesia dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Basri, Mohd. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk
Meningkatakan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 006 Rantau Panjang Kanan
Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Pekanbaru: (Skripsi) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta
Contoh-contohnya. Yogyakarta: Gava Media.
Dmiyati, Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamdani, M.A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Istarani, (2011). Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model
Pembelajaran). Medan: Media Persada.
Mohammad, Ali. (2007). Modul Teori dan Praktek Pembelajaran
Pendidikan Dasar. Bandung: UPI Press.
Mulyasa, (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rianto, Yatim. (2010). Paradigma Baru
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana.
Slameto, (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana, Nana. (2000). Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Taniredja, Tukiran. (2012). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan
Profesi Guru Praktik, Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta.
Wahidin. (2006). Metode Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.