PENGGUNAAN ALAT PERAGA JAM ANALOG PADA MATERI PENGUKURAN WAKTU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 010 TANAH MERAH

BY: AUDRIANTI


Pendahuluan
    A.    Latar belakang
Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah  yang menyatakan bahwa 40 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Mulyasa (2005:20) bahwa kekurangan guru yang biasa dilakukan  dalam kegiatan belajar mengajar adalah mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, memberi hukuman tanpa melihat latar belakang kesalahan, menunggu siswa berbuat salah, mengabaikan perbedaan siswa, merasa paling pandai, tidak adil, memaksa hak siswa.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah  pada materi pengukuran satuan waktu menunjukkan bahwa 35% siswa tuntas belajar, maka sebesar 65% belum tuntas.  Pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan. Rendahnya kemampuan mengukur menggunakan satuan waktu kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas V cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
1.    Identifikasi Masalah
Dari masalah tersebut diatas, diakibatkan adanya gejala-gejala yang timbul, diantaranya:
1.1.          Siswa kurang termotivasi
1.2.         Model pembelajaran yang disajikan kurang menarik
1.3.         Siswa pasif ketika pembelajaran berlangsung
2.    Analisis Masalah
Berdasarkan masalah dan gejala-gejala yang timbul akibat pembelajaran tersebut diatas, maka dapat dianalisa kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu :
2.1.  Guru tidak menggunakan alat peraga
2.2. Model pembelajaran yang disajikan monoton
2.3. Guru lebih berperan aktif
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
            Setelah mengidentifikasi dan menganalisis masalah, maka untuk memfokuskan pada pemecahan masalah, peneliti mengambil alternatif dan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut :
3.1.Melakukan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas untuk membantu siswa memahami cara menentukan dan melakukan operasi hitung  tentang pengukuran satuan waktu sehingga siswa termotivasi dan tertarik terhadap pelajaran matematika.
3.2.Menggunakan alat peraga berupa jam analog dan digital untuk mempermudah siswa memecahkan masalah matematika sehingga meningkatkan hasil belajar siswa .

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian  tersebut di atas penulis merumuskan masalah sebagai acuan perbaikan pembelajaran, yaitu apakah penggunaan alat peraga jam analog dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah ?

C.           Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran
Pada penelitian perbaikan pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V di SDN 010 Tanah Merah dengan menggunakan alat peraga jam analog.

D.           Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi ;
1.      Siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada materi pengukuran satuan waktu
2.      Peneliti agar dapat termotivasi untuk terus mengembangkan potensi diri melalui penelitian selanjutnya
3.      Guru sebagai rekan seprofesi agar dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian perbaikan pembelajaran
4.      Sekolah agar dapat memberikan dukungan pada guru untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan.

Kajian Pustaka
A. Hakikat Belajar
1. Pengertian belajar
Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan tingkah laku akibat pengalaman yang diperolehnya atau sebagai hasil interaksi indifidu dengan lingkunganya. Karena manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai perubaha yang terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitarnya, maka proses belajar akan terjadi pada diri seseorang tanpa henti. Belajar adalah sebagai suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan oleh pengalaman perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali, baik sifaf maupun jenisnya. Karena itu sudah tentu setiap perubahan pada diri seseorang merupakan hasil belajar. Belajar lebih berhasil apabila ada hubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa. Hal ini terjadi apabila ada hubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari- hari.

Pengertian belajar oleh Ngalim Purwanto (1990: 85) adalah sebagai berikut:
a.         Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman yang disebabkan oleh pertumbuhan atau perkembangan kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan yang terjadi pada diri bayi.
b.        Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi ada juga kemungkinan perubahan itu mengarah ke perubahan tingkah laku yang kurang baik.
c.    Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun kejiwaan, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah berfikir, ketrampilan, kecakapan,kebiasaan ataupun sikap.

Untuk disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap pada akhir dari suatu pereode waktu yang cukup panjang.  Perubahan itu hendaknya akhir dari susatu yang mungkin berlangsung berhari- hari, berbulan- bulan bahkan bertahun-tahun . Ini berarti harus meninggalkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman, kepekaan perhatian seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara.

Menurut Slameto ( 1995:3-4) ada enam aspek perubahan belajar, yaitu perubahan terjadi secara sadar perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat aktif dan pasif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan belajar atau terarah, perubahan mencakup aspek tingkah laku .
a.    Perubahan secara sadar, Artinya seseorang yang belajar akan merasakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari usaha belajarnya
b.    Perubahan dalam belajar besifat kontinu dan fungsional. Artinya perubahan yang terjadi dalam indifidu siswa berlangsung secara berkesinambungan, tidak stastis .
c.    Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Artinya perubahan yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang tidak baik dari sebelumnya.
d.   Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Artinya perubahan yang bersifat menetap atau permanen sehingga tingkah lakunya menetap.
e.    Perubahan dalam belajar atau terarah. Artinya perubahan tingkah laku itu merupakan tujuan yang akan dicapai sehingga perubahan tingkah lakunya benar- benar disadari.
f.     Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Artinya perubahan sebagai akibat dari belajar yang dilakukan sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang baik.

Dalam pembelajaran matematika perubahan tingkah laku yang terjadi apabila siswa secara sadar dan berkesinambungan dalam belajarnya menggunakan media yang sesuai maka apa yang diharapkan akan tercapai, sebab dengan belajar tanpa ada tekanan siswa akan berhasil dalam mengerjakan tugas dari guru. Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1991:21), tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri individu . Sejalan dengan itu, Sardiman dalam Syaiful Bahri Djamarah (1991:21), belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut cipta, rasa dan karsa, rasa kognitif, afektif, dan psikomotrik.
Dari pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat diambil dari suatu pemahaman tentang hakekat dan aktivitas belajar. Hakikat dari aktifitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Perubahan itu nantinya akan mempengaruhi pola pikir individu dalam berbuat dan bertindak perubahan itu sebagai hasil dari pengalaman individu dalam belajar.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain : faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain
adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. Menurut Ngalim Purwanto (1990:107) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada 2 , yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.

1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
1.1.  Kecerdasan/intelegensi
1.2.  Bakat
1.3.  Minat
1.4.  Motivasi
dapat melakukan, kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2.    Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

2.      Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjono (2002), hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar.  Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah , antara lain:
a.         Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu
aspek pengetahuan, pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis, dan penerapan.
b.        Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yaitu: menerima, menjawab atau reaksi, menilai , organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c.         Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan ketrampilan, memanipulasi benda-benda.
Berdasar pengertian diatas, maka hasil belajar berupa perubahan tingkah  laku yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif yang terjadi baik melalui pengalaman langsung maupun tidak langsung ( melalui media ) atau terjadinya interaksi dengan lingkungan baik fisik maupun social.

B. Pengertian matematika

 1. Tinjauan Matematika
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainya. Matematika itu timbul karena pikiran pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika menurut Jonson dan Myklebus dalam bukunya Mulyono Abdurrahman (1999:252), Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan - hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teorinya adalah untuk memudahkan berfikir. Sementara menurut paling dalam bukunya Mulyono Abdurrahman (1999:252) mengemukakan bahwa: Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan huunganhubungan. Dari dua pendapat para ahli tersebut disimpulkan bahwa matematika adalah pola berpikir pola mengorganisir pembuktian yang logis, menggunakan bahasa yang cermat, jelas dan akurat serta representasinya dengan simbol. Matematika juga merupakan
pengetahuan struktur yang terorganesasi sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan pada unsur-unsur yang didefinisikan kebenaranya, disamping itu Matematika juga merupakan seni karena keindahanya terdapat pada keterurutan dan keharmonisanya. Di dalam penelitian ini yang dimaksutd dengan Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan tehnologi yang memudahkan manusia berfikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari.


 2. Fungsi pembelajaran Matematika
Berdasarkan kurikilum KTSP 2006 untuk mengembangkan nalar melalui kegiatan, penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen dalam pemecahan masalah melalui pola pikir dalam model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan.

3.      Tujuan pembelajaran matematika (Kurikulum Tingkat satuan pendidikan 2006:24) yaitu:
Tujuan pembelajaran Matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 ( KTSP), yaitu :
3.1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,
dan mengaplikasikan konsep atau alogritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
3.2.Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisai, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memehami, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
3.4. Mengemukakan gagasan dengan simbul tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3.5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,serta sikap ulet dan percaya diridalam pemecahan masalah (Dediknas,2006:147)
Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD / MI mencakup: a) bilangan, b) gemetri dan pengukuran, c) pengolahan data. Proses pembelajaran matematika yang menyenangkan perlu membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, memperhatikan keinginan siswa,menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, menghargai setiap pencapaian siswa. Dalam melakukan pembelajaran matematika harus membuat stuasi yang menyengkan memberikan alternatif penggunaan alat peraga atau media pembelajaran yang bisa digunakan pada berbagai tempat dan keadaan .Tujuan pembelajaran itu telah dianggap selesai apabila siswa telah memiliki sejumlah kemampuan dibidang Matematika.

C.      Alat Peraga
Dalam pembelajaran modern kita harus berusaha agar anak-anak itu lebih mengerti dalam mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya terhadap belajar akan lebih besar. Anak-anak akan lebih besar minatnya bila pelajaran itu disajikan dengan baik dan menarik. Dengan dipergunakannya alat peraga, maka anak-anak diharapkan akan termotivasi dalam belajar.
Di samping itu tidak sedikit anak-anak yang pemahamannya kurang. Ini dapat disadari, sebab selain daripada bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak, secara gradual kemampuan belajar melalui telinga, mata dan gerak itu berbeda-beda. Dengan alat peraga, akan sangat membantu anak-anak yang pemahamannya kurang (tanpa benda real) dan belajar melalui telinganya kurang. Mereka yang demikian itu akan lebih berhasil belajarnya bila melalui gambar dan benda-benda real (alat peraga).
Sangat penting dengan adanya hubungan antara pengajaran itu sendiri dengan benda-benda yang ada di sekelilingnya atau hubungan antara ilmu-ilmu (topik-topik) yang telah dipelajarinya dengan masyarakat. Anak-anak dalam kegiatan belajarnya perlu dibawa ke alam sekitarnya, mengadakan penyelidikan, mengumpulkan, mencatat, dan mengolah data yang didapat.
Banyak pendapat yang mengemukakan arti alat peraga, diantaranya yaitu :
1.        Alat peraga adalah media pengajaran yang mengandung atau membawakan konsep-konsep yang dipelajari. (Pujiati, 2004:3)
2.        Alat peraga adalah media pengajaran yang mengandung atau membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari. (Elly Estiningsih dalam Pujiati: 1994)
3.        Alat peraga merupakan benda real , gambar atau diagram (Antonius C Prihandoko, 2008: 18)
4.        Alat peraga adalah “alat-alat yang dipergunakan oleh guru ketika mengajar untuk memperjelas materi pelajaran dan mencegah terjadinya verbalisme pada siswa”. (Ruseffendi, 1992:229)
Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya. Maka dari beberapa pendapat di atas bahasa dalam penyampaian pengajaran melalui alat peraga, siswa mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung yang terdapat pada benda atau objek yang dipelajari.

D.      Fungsi dan Manfaat Alat Peraga
Secara umum, menurut Pujiati (2004) ada beberapa fungsi alat peraga dalam proses pembelajaran, yaitu diantaranya :
1.    Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep matematika
2.    Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep
3.    Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep matematika dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.

Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru. (Ruseffendi,1997:104) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempertinggi mutu pembelajaran. Dengan perkataan lain dengan menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pembelajaran mempunyai nilai tinggi. (Dirjen Dikdasmen, No.024/c/kep/R.1994)
Sedangkan beberapa manfaat dari alat peraga dalam proses pembelajaran, yaitu :    Dapat meningkatkan minat anak, membantu tilik ruang, supaya dapat melihat antara ilmu yang dipelajari dengan lingkungan alam sekitar, anak akan lebih berhasil belajarnya bila banyak melibatkan alat inderanya, sangat menarik minat siswa dalam belajar, mendorong siswa untuk belajar bertanya dan berdiskusi, menghemat waktu belajar. (Ruseffendi, 1994:240; Gunawan dkk, 1996:37)
Dengan demikian penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran akan lebih kondusif, efektif dan efisien. Siswa akan termotivasi untuk belajar, karena mereka tertarik dan mengerti atas pelajaran yang diterimanya.


Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

A.           Subjek , Tempat, dan Waktu penelitian , Pihak yang Membantu
1.    Subjek yang diteliti
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah dengan jumlah keseluruhan 23 terdiri dari 9 laki-laki dan 14 perempuan. Tindakan perbaikan ini pada mata pelajaran Matematika materi pengukuran waktu semester 1 tahun ajaran 2013-2014 dengan menggunakan alat peraga berupa jam analog.

2.    Tempat penelitian
Tempat penelitian  dilaksanakan di SD Negeri 010 Tanah Merah Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir. Lokasi sekolah  berada di jalan Sambu RW 06 Tanah Merah.

3.    Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan sesuai pada jadwal yang telah ditentukan, yaitu:
3.1.   Siklus I, pada hari Senin, 30-09-2013 dan  hari Jum’at, 04-10-2013
3.2.   Siklus II, pada hari senin, 07-10-2013 dan hari Jum’at 11-10-2013

4.             Pihak yang membantu
Pelaksanaan penelitian perbaikan ini dilakukan oleh guru kelas sekaligus peneliti secara langsung dibantu oleh seorang pengamat. Pengamat adalah  supervisor 2 akan mengamati dan mencatat kejadian-kejadian di saat proses pembelajaran dilakukan
B.      Prosedur perbaikan pembelajaran
Desain prosedur perbaikan pembelajaran merupakan proses pengkajian melalui sistem siklus dengan 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Dari berbagai tindakan pembelajaran tersebut yang bertujuan untuk memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Adapun prosedur berdaur pelaksanaan PTK ini mengacu pada dapat digambarkan sebagai berikut :
Pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

Siklus I
1.     Perencanaan
Pada perencanaan pelaksanaan perbaikan peneliti merencanakan
Menetapkan kelas yang dijadikan obyek penelitian,
1.1.       Menetapkan Kompetensi Dasar yang akan dilakukan dalam penelitian. perbaikan.
1.2.       Menyusun perangkat pembelajaran
1.3.       Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
1.4.       Mempersiapkan media sebagai alat bantu
2.    Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PTK ini, peneliti dibantu oleh supervisor 2 selaku pengamat . Pengamat ini merupakan teman seprofesi yang sama-sama bertugas di SDN 010 Tanah Merah. Tugasnya adalah membantu untuk mengamati secara langsung masalah yang terjadi pada proses pembelajaran.
Pelaksanaan perbaikan dilakukan melalui 2  kali pertemuan. Pada pertemuan ke 1 dan pertemuan ke 2 langkah-langkah perbaikan ini berpedoman pada  rencana perbaikan yang telah disusun. Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
Pertemuan ke 1 :                    
2.1.       Guru memperlihatkan jam analog 
2.2.       Guru memperagakan jam analog dengan menentukan tanda waktu 12 jam
2.3.       Dengan menggunakan jam analog guru melakukan tanya jawa
2.4.       Guru membagi siswa dalam kelompok  belajar
2.5.       Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS yang telah disediakan.
2.6.       Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja LKS, kelompok yang dapat menyelesaikan kerja LKS dengan benar diberikan penghargaan
2.7.       Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan
2.8.       Melalui kegiatan peragaan jam analog, guru menegaskan kembali  tentang cara menentukan jam waktu dengan notasi 24 jam
Pertemuan ke 2 :
2.9.       Guru memperlihatkan jam analog 
2.10.   Guru memperagakan jam analog dengan menentukan tanda waktu 12 jam
2.11.   Dengan menggunakan jam analog guru melakukan tanya jawab
2.12.   Siswa diminta memperagakan menggunakan jam analog
2.13.   Guru membagi siswa dalam kelompok  belajar.
2.14.   Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS yang telah disediakan
2.15.   Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja LKS, kelompok yang dapat menyelesaikan kerja LKS dengan benar diberikan penghargaan.
2.16.   Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan
2.17.   Melalui kegiatan peragaan menggunakan media jam analog, guru menegaskan kembali cara menentukan waktu dengan notasi 12 jam

3.        Pengamatan/Teknik pengumpulan data/instrument
3.1.   Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, dengan mencatat kejadian yang terkait pada pembelajaran .
3.2.   Teknik pengumpulan data/instrumen
Teknik pengumpulan data meliputi :
3.2.1. Lembar pengamatan keterlibatan siswa dan kinerja guru yang dikumpulkan ketika  pembelajaran berlangsung.
3.2.2. Tes tertulis yang dikumpulkan dari hasil evaluasi yang dilakukan setiap akhir siklus. 

3.3.   Refleksi
Tahap refleksi adalah tahap perenungan. Berdasarkan  hasil pengamatan dan data yang terkumpul, peneliti bersama supervisor 2 melakukan diskusi dan menganalisa terhadap  kelemahan dan masalah pada tindakan perbaikan.  atas masalah yang muncul pada siklus 1 maka dijadikan acuan untuk melakukan perbaikan siklus II.

Siklus II
1.    Perencanaan
Pada perencanaan pelaksanaan perbaikan  siklus II peneliti melakukan  perencanaan sebagai berikut :
1.1.                          Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
1.2.                          Menetapkan materi yang akan dilakukan dalam penelitian.   perbaikan.
1.3.                          Menyusun perangkat pembelajaran
1.4.                          Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
1.5.                          Mempersiapkan media sebagai alat bantu

2.      Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PTK ini, peneliti dibantu oleh supervisor 2 selaku pengamat . Pengamat ini merupakan teman seprofesi yang sama-sama bertugas di SDN 010 Tanah Merah. Tugasnya adalah membantu untuk mengamati secara langsung masalah yang terjadi pada proses pembelajaran.
Pelaksanaan perbaikan dilakukan melalui 2  kali pertemuan. Pada pertemuan ke 1 dan pertemuan ke 2 langkah-langkah perbaikan ini berpedoman pada  rencana perbaikan yang telah disusun. Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
Pertemuan 1
2.1.     Guru memperlihatkan jam analog 
2.2.     Guru memperagakan jam analog dengan menentukan detik, menit, dan jam
2.3.     Dengan menggunakan jam analog guru melakukan tanya jawa
2.4.     Siswa diminta memperagakan menggunakan jam analog
2.5.     Guru membagi siswa dalam kelompok  belajar
2.6.     Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS yang telah disediakan
2.7.     Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja LKS, kelompok yang dapat menyelesaikan kerja LKS dengan benar diberikan penghargaan
2.8.     Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan
2.9.     Melalui kegiatan peragaan menggunakan media jam analog, guru menegaskan kembali cara operasi hitung penjumlahan yang melibatkan satuan waktu
Pertemuan ke 2          
2.10.   Guru memperlihatkan jam analog 
2.11.   Guru memperagakan jam analog dengan menentukan detik, menit, dan jam
2.12.   Dengan menggunakan jam analog guru melakukan tanya jawab
2.13.   Siswa diminta memperagakan penggunaan jam analog
2.14.   Guru membagi siswa dalam kelompok  belajar
2.15.   Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS yang telah disediakan
2.16.   Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja LKS, kelompok yang dapat menyelesaikan kerja LKS dengan benar diberikan penghargaan
2.17.   Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan
2.18.   Melalui kegiatan peragaan menggunakan media jam analog, guru menegaskan kembali cara operasi hitung penjumlahan yang melibatkan satuan waktu


3.      Pengamatan/Pengumpulan data/instrument
3.1  Pengamatan
Pada pengamatan perbaikan siklus II, peneliti bersama supervisor2 kembali melakukan pengamatan. Dengan mencatat kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung.
3.2 Teknik Pengumpulan data/instrumen
Teknik pengumpulan data meliputi :
3.2.1    Lembar pengamatan keterlibatan siswa dan kinerja guru yang dikumpulkan ketika  pembelajaran berlangsung.
3.2.2    Tes tertulis yang dikumpulkan dari hasil evaluasi yang dilakukan setiap akhir siklus.  Semua hasil pengamatan dicatat  pada instrument seperti pada siklus I
4      Refleksi
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, bersama supervisor 2 peneliti melakukan diskusi dan analisa untuk menemukan  penyebab  timbulnya kelebihan dan kekurangan selama pembelajaran berlangsung. Dari hasil analisa, kemudian dilakukan refleksi untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

C.           Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan secara deskriptif yaitu hanya mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar di susun, dijelaskan, dan akhimya di analisis dalam tiga tahapan yaitu:
1.    Reduksi Data
Perbaikan pada penyederhanaan data. Pada tahap reduksi data observasi pengamatan terhadap proses pembelajaran pengukuran waktu.

2.    Penyajian data
Data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar berbentuk table dan kalimat sederhana setiap putaran. Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan rata-rata, prosentase dan diagram .

2.1.  Rata – rata
Rata – rata digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan rata – rata skor hasil belajar masing – masing siklus. Adapun rumus mencari rata – rata adalah sebagai berikut. (Sudjana 2005)
Keterangan :
Nilai Rata-Rata  =
2.2.  Presentase
Menentukan tingkat kemampuan siswa secara menyeluruh dengan menggunakan rumus. M = ( Purwanto 2004 )
Keterangan : M = Besarnya rata – rata dalam persen
xå = Jumlah siswa yang termasuk kategori mampu
N = Jumlah siswa secara keseluruhan
2.3.  Diagram
Diagram digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa dalam materi pembelajaran matematika pada bangun datar.
3.    Kesimpulan Data
Yang telah di analisis kemudian dibuat suatu kesimpulan nilai rata – rata akhir setiap siklus dari nilai rata–rata siklus sebelumnya setelah diterapkan alat peraga  dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi interval kelas. 

Hasil Penelitian dan Pembahasan
A.  Deskripsi Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pelaksanaan perbaikan pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan alat peraga berupa jam analog dengan model pembelajaran kooperatif. Pada mata pelajaran matematika materi pengukuran waktu di kelas V SDN 010 Tanah Merah kecamatan Tanah Merah kabupaten Indragiri Hilir semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus dengan 2 kali pertemuan setiap siklus. Dengan alokasi waktu 35 menit untuk satu jam pelajaran. Setiap pertemuan adalah 2 kali jam pelajaran, sehingga menjadi 70 menit untuk satu kali pertemuan. Untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa, diberikan tes tertulis sebanyak 2 kali disetiap akhir siklus I dan II.   Dari hasil nilai tes tertulis prasiklus ditetapkan sebagai nilai awal pembelajaran sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan perbaikan pada penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu:
1.    Siklus I.
Pada siklus I peneliti ini melakukan pembelajaran sebanyak 2 kali pertemuan dan satu kali ulangan harian dilakukan setiap akhir siklus. Proses tindakan perbaikan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1.1  Pertemuan Pertama ( Senin, 30 September 2013)
Materi yang dibahas pada pertemuan pertama adalah pengukuran waktu dengan indikator menentukan tanda waktu dengan notasi 24 jam. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disiapkan. Selanjutnya pada akhir pembelajaran peneliti bersama pengamat menganalisa, kemudian berdiskusi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada kegiatan inti guru mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran, selanjutnya memperlihatkan alat peraga berupa jam analog terbuat dari kertas karton kepada siswa. Sambil memperlihatkan jam analog tersebut, guru menentukan notasi waktu tertentu dan siswa diminta menjawab. Terlihat hanya beberapa siswa saja yang mengacungkan tangan dan dapat menjawab dengan benar. Sebagian siswa lainnya berbisik-bisik ingin menjawab tetapi takut salah. Namun guru kurang tanggap terhadap kejadian ini. Guru langsung menunjuk siswa yang mau menjawab pertanyaan guru dan tidak memberi kesempatan siswa lain untuk menjawab. Selanjutnya guru menjelaskan cara menentukan tanda waktu pada jam analog tersebut dengan notasi 24 jam. Siswa kelihatan masih bingung, dan tidak ada respon ketika guru menerangkan. 
Kegiatan selanjunya guru meminta siswa membentuk kelompok diskusi untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan. Pada saat siswa membentuk kelompok, suasana kelas menjadi ribut. Hal ini karena siswa membentuk kelompok sesuai keinginan masing-masing. Setelah suasana mulai tenang, guru meminta siswa menyelesaikan LKS secara berkelompok. Sebelum mengerjakan LKS guru memberikan petunjuk dan perintah soal. Guru mengingatkan pada siswa agar setiap anggota kelompok bersama-sama menyelesaikan soal di LKS. Selanjutnya guru memperhatikan beberapa kelompok berdiskusi.
Saat mengerjakan LKS, terlihat siswa yang pandai saja yang aktif mengerjakan LKS sendiri. Sedangkan siswa yang malas, hanya duduk sambil bercakap-cakap dengan teman lainnya. Ketika guru meminta setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi maju ke depan kelas, ternyata masih banyak jawaban yang kurang tepat. Dan hanya beberapa siswa saja yang mau menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Kemudian guru membimbing siswa meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat. Selanjutnya guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika menemui kesulitan dalam menentukan notasi 24 jam. Kegiatan akhir pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran hari ini dan memberikan siswa soal latihan.
Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti bersama pengamat menganalisa dan berdiskusi. Hasil diskusi tersebut adalah alat peraga berupa jam analog yang digunakan saat pembelajaran kurang menarik, siswa takut mengajukan pertanyaan pada guru, siswa kurang memahami materi karena siswa belum siap mengikuti pelajaran sehingga banyak jawaban hasil diskusi siswa kurang tepat dan guru tidak melakukan bimbingan kelompok kerja siswa.

1.2  Pertemuan Kedua ( Jum’at, 04 Oktober 2013)
Materi yang dibahas pada pertemuan kedua masih sama pada pertemuan kedua yaitu pengukuran waktu dengan indikator menentukan tanda waktu dengan notasi 12 jam melibatkan keterangan pagi, sore, dan malam. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mengacu pada RPP pertemuan kedua yang telah disiapkan. Selanjutnya pada akhir pembelajaran peneliti bersama pengamat menganalisa, kemudian berdiskusi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Sebelum kegiatan dilanjutkan guru mengingatkan kembali cara menentukan waktu dengan notasi 24 jam. Pada pertemuan kedua ini guru mempersiapkan alat peraga dan menunjukkan jam analog yang lebih menarik dan besar. Tujuannya agar siswa dapat melihat alat peraga dan memahami cara menentukan notasi waktu pada jam analog. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan bagaimana cara menentukan waktu dengan notasi 12 jam melibatkan keterangan pagi, sore dan malam dengan menggunakan alat peraga jam analog. Pada pertemuan kedua ini, siswa diminta maju ke depan kelas untuk menentukan notasi waktu menggunakan alat peraga secara langsung. Beberapa siswa dapat menunjukkan notasi waktu dengan benar, tetapi masih ada siswa yang kurang paham. Guru kembali menegaskan cara menentukan waktu dan siswa diminta memperhatikan.
Selanjutnya guru meminta siswa membentuk kelompok kerja seperti pada pertemuan sebelumnya. Pada saat pembentukan kelompok, siswa sudah dapat menentukan kelompok sendiri. Sehingga suasana kelas dapat dikondisikan oleh guru. Siswa kelihatan lebih tenang dan siap untuk belajar. Kemudian guru membagikan LKS dan meminta siswa mengerjakan LKS secara kelompok. Guru kembali mengingatkan agar bekerjasama mengerjakan LKS. Pada pertemuan kedua ini, guru kembali memperhatikan setiap kelompok dan menanyakan kesulitan yang ditemui oleh masing-masing kelompok. Terlihat masih ada siswa yang bergurau dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Guru memberikan tindakan dengan cara menegur dan mendekati siswa tersebut agar ikut menyelesaikan LKS.
Selanjutnya setiap kelompok kembali diminta menyampaikan hasil diskusinya ke depan kelas. Terlihat sudah ada peningkatan jumlah siswa yang mau menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Siswa sudah mulai termotivasi pada pembelajaran ini. Dan tindakan guru memberikan pujian pada siswa baik secara perorangan maupun kelompok bagi yang dapat menyampaikan hasil kelompok dengan baik dan menjawab pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan hasil diskusi peneliti dan pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu pada pertemuan kedua penggunaan alat peraga berupa jam analog sudah menarik motivasi belajar siswa. Beberapa siswa dapat memahami cara menentukan notasi waktu, namun masih ada siswa yang  tidak memperhatikan penjelasan guru. Guru sudah melakukan bimbingan siswa yang mengalami kesulitan, namun belum semuanya diberikan bimbingan.

1.3  Pelaksanaan Evaluasi I ( Sabtu, 05 Oktober 2013)
Pada pertemuan ketiga diadakan evaluasi dengan indikator menentukan tanda waktu notasi 24 jam dan 12 jam melibatkan keterangan pagi, sore, dan malam. Evaluasi I untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian siswa pada indikator pertemuan pertama dan kedua. Jumlah soal 5 dalam waktu satu kali pertemuan. Saat pelaksanaan evaluasi I ada siswa yang berusaha menyontek teman lainnya. Terutama siswa yang duduk di bagian belakang. Guru segera melakukan tindakan dengan menegur siswa tersebut dan memindahkan tempat duduknya ke depan. Setelah waktu mengerjakan evaluasi habis, semua lembar jawaban siswa dikumpulkan. Hasil evaluasi siswa yang mencapai KKM sebesar 74%.
1.4 Refleksi Siklus Pertama
Berdasarkan uraian perbaikan pada siklus I dapat diketahui kekurangan dan kelemahan yang terjadi, yaitu:
(1)      Alat peraga kurang menarik siswa
(2)      Penguasaan kondisi kelas dan alokasi waktu belum optimal.
(3)      Masih ada siswa yang kurang memahami materi pelajaran.
Dengan adanya beberapa kelemahan pada refleksi siklus I maka menjadi acuan untuk merencanakan perbaikan pada siklus II, diantaranya:
(1)      Penggunaan alat peraga lebih maksimal, dan siswa lebih memahami cara penggunaan alat peraga tersebut
(2)      Mengalokasikan waktu seefisien mungkin.
(3)      Guru berusaha membimbing siswa lebih merata dengan cara menanyakan hal-hal yang dianggap sulit.

2.        Siklus II
Pada pembelajaran siklus II peneliti ini melakukan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan dan satu kali ulangan harian dilakukan setiap akhir siklus. Proses tindakan perbaikan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :

2.1. Pertemuan pertama ( Senin, 07 Oktober 2013 )  
Seperti pada pertemuan siklus pertama pada pertemuan pertama dan kedua, proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dimulai dengan mengucapkan salam, melaksanakan kegiatan sesuai RPP siklus kedua pertemuan pertama hingga pembelajaran berakhir. Selanjutnya pada akhir pembelajaran peneliti bersama pengamat menganalisa, kemudian berdiskusi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada kegiatan awal guru kembali menunjukkan alat peraga jam analog pada siswa dan bertanya “siapa yang dapat menyebutkan satuan waktu”? terlihat siswa antusias dan berusaha menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru menegaskan sebelum menjawab pertanyaan agar mengacungkan tangan terlebih dahulu. Beberapa siswa dapat menjawab dengan benar. Kemudian guru menjelaskan bagaimana menghitung penjumlahan melibatkan satuan waktu. Siswa sangat bersemangat mendengarkan perjelasan guru. Disela-sela guru menerangkan sambil menanyakan pada siswa apakah sudah paham cara menjumlahkan menggunakan satuan waktu. Beberapa siswa menjawab sudah mengerti.
Kemudian siswa diminta membentuk kelompok masing-masing untuk mengerjakan LKS. Sebelum berdiskusi guru memberi petunjuk cara mengerjakan LKS. Siswa kembali berdiskusi bersama-sama. Guru berkeliling memperhatikan siswa berdikusi dan menyelesaikan LKS. Sesekali guru mendekati kelompok siswa dan menanyakan kesulitan. Ternyata ada satu kelompok yang masih kebingungan menentukan satuan waktu detik, menit, dan jam. Tindakan guru adalah menjelaskan kembali pada kelompok tersebut.
Setelah selesai berdiskusi siswa diminta menyampaikan hasilnya menuliskan di papan tulis. Bagi kelompok yang menuliskan dengan benar guru meminta siswa bertepuk tangan, tapi jika masih ada yang salah kelompok lain membenarkan. Pada pembelajaran akhir guru membantu siswa menyimpulkan pelajaran dan siswa mengerjakan latihan soal.
Setelah pembelajaran selesai kembali peneliti bersama pengamat melakukan diskusi. Hasil diskusi terhadap proses pembelajaran tersebut adalah : siswa telah termotivasi belajar matematika, situasi kelas dapat dikondisikan oleh guru, guru memberikan bimbingan pada siswa yang menemukan kesulitan, guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai RPP.

2.2  Pertemuan kedua (Jum’at, 11 Oktober 2013)
Indikator pada pertemuan kedua siklus kedua adalah melibatkan operasi hitung pengurangan melibatkan satuan waktu. Seperti pada pertemuan pertama siklus kedua, proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dimulai dengan mengucapkan salam, melaksanakan kegiatan sesuai RPP hingga pembelajaran berakhir. Selanjutnya pada akhir pembelajaran peneliti bersama pengamat menganalisa, kemudian berdiskusi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Diawali dengan kegiatan rutin yaitu memotivasi siswa Pada kegiatan pembelajaran ini guru memperlihatkan kembali jam analog dan menanyakan pada siswa cara mengitung pengurangan yang melibatkan satuan waktu. Banyak siswa mengacungkan tangan dan berebut untuk menjawab. Hal ini telah terlihat hampir seluruh siswa memahami materi ini. Kemudian guru meminta siswa kembali membentuk kelompok masing-masing dan mengerjakan LKS yang disediakan oleh guru. Ketika mengerjakan LKS siswa sudah memahami cara dan perintah pada LKS sehingga siswa dapat mengerjakan secara mandiri. Guru kembali berkeliling memeriksa tiap kelompok mengerjakan LKS. Setelah selesai tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dengan menuliskan di papan tulis. Ternyata ada peningkatan siswa, hampir seluruh hasil LKS benar. Selanjutnya guru memberi kesempatan siswa bertanya dan memberikan latihan soal. Sebelum pelajaran ditutup guru menyampaikan pada bertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi II.
Setelah selesai proses pembelajaran kembali peneliti bersam pengamat menganalisa dan berdiskusi terhadap hasil pembelajaran. Hasil diskusi adalah: (1) siswa sudah memahami bagaimana menyelesaikan operasi hitung melibatkan satuan waktu, (2) guru telah memotivasi dan melakukan bimbingan yang maksimal dan merata. (3) proses pembelajaran telah terlaksana sesuai harapan.   

2.3.Pelaksanaan Evaluasi II (Sabtu, 12 Oktober 2013)
Pada pertemuan ketiga setelah selesai siklus kedua diadakan kembali evaluasi II. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian siswa mempelajari materi Matematika pada indikator melibatkan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan melibatkan satuan waktu.
Pada saat pelaksanaan ulangan harian II, guru kembali mengingatkan agar tidak menyontek teman lainnya. Siswa mengerjakan ulangan dengan tertib dan tidak ada siswa yang berusaha meminta bantuan temannya. Guru memperhatikan siswa satu persatu dan tidak ada gerak gerik siswa yang mengkhawatirkan akan berbuat curang. Waktu evaluasi II selesai, siswa diminta mengumpulkan lembar evaluasi pada guru. hasil evaluasi II siswa yang mencapai KKM sebesar 91%.

2.4.Refleksi Siklus Kedua
Dari hasil diskusi peneliti dan pengamat pada pertemuan pertama dan kedua dapat disimpulkan bahwa telah banyak peningkatan pada motivasi dan aktifitas siswa. Siswa telah memahami tentang penghitungan satuan waktu, sehingga hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah meningkat. Kinerja guru sudah dapat dikatakan berhasil setelah melihat keberhasilan pada ketuntasan belajar siswa yang mencapai 95%. Namun masih ada 1 orang siswa yang belum tuntas, maka diberikan remedial agar dapat mencapai KKM yang ditentukan.

B.        Pembahasan dari setiap siklus
Pada analisis hasil penelitian ini mengenai hasil pengamatan kinerja guru dan aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran terjadi di dalam ruang kelas dan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II. Data hasil penelitian tindakan kelas disajikan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.

1.      Pembahasan hasil pengamatan
1.1.Analisis hasil pengamatan pertemuan pertama (siklus I) dapat dipaparkan sebagai berikut: alat peraga berupa jam analog kurang menarik karena hanya terbuat dari karton yang tidak diberi warna sehingga membuat siswa kesulitan menentukan notasi dalam satuan waktu, guru tidak memberi petunjuk dan bimbingan pada siswa saat mengerjakan LKS.
1.2.Analisis hasil pengamatan pertemuan kedua (siklus I) dapat dipaparkan sebagai berikut: alat peraga yang digunakan pada pembelajaran menarik dan memotivasi belajar siswa, beberapa siswa sudah berani bertanya pada guru tentang kesulitan pada latihan soal atau LKS dan guru sudah melakukan bimbingan pada siswa saat mengerjakan LKS dan mempresentasikan hasil diskusinya .
1.3.Analisis hasil pengamatan pertemuan pertama (siklus II) dapat dipaparkan sebagai berikut: terdapat kelompok yang belum paham bagaimana cara mengoperasikan penjumlahan melibatkan satuan waktu dan tindakan guru menjelaskan kembali pada kelompok tersebut, seluruh siswa sudah termotivasi dan berani mengajukan pertanyaan pada guru.
1.4.Analisis hasil pengamatan pertemuan kedua (siklus II) dapat dipaparkan sebagai berikut: proses pembelajaran pada pertemuan ini sudah berjalan dengan baik. Aktifitas guru sudah sesuai RPP dan aspek yang diamati pada lembar pengamatan kinerja guru. Aktifitas siswa sudah meningkat, siswa mengerjakan LKS secara mandiri, tanpa diberi petunjuk guru, siswa dapat mengerjakan hingga selesaiSiswa dapat mempresentasikan hasil pengamatan ke depan kelas dengan baik.
2.      Pembahasan  Hasil Belajar
2.1.Ketercapaian KKM Indikator  
Ketercapaian indikator pada hasil evaluasi I, pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah pada indikator 1 terdapat 18 siswa dari 23 siswa dengan persentase sebesar 78% telah mencapai KKM. Pada indikator 2 ada 15 siswa dari 23 siswa dengan persentase sebesar 65% telah mencapai KKM. Pada hasil evaluasi 1 siswa yang belum mencapai KKM ada 6 siswa dari 23 siswa atau sebesar 26%, karena siswa kurang memahami dalam menyebutkan notasi waktu. indikator yang berhasil dicapai ketercapaian pada evaluasi II, pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah pada indikator 1 sebesar 91% telah mencapai KKM. Pada indikator 2 ada 18 siswa dari 23 siswa dengan persentase sebesar 78% telah mencapai KKM. Pada hasil evaluasi II siswa telah mencapai KKM sebanyak 21 siswa atau sebesar 91% telah mencapai KKM. Berarti masih ada 2 orang atau 0,9% yang belum tuntas. Hal ini disebabkan siswa kurang aktif dan takut bertanya pada guru. Dari hasil persentase ketercapaian indikator evaluasi I dan II, berarti ketuntasan belajar Matematika siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah sudah dapat dikatakan berhasil.
2.2. Keberhasilan Tindakan
Dari hasil proses pembelajaran tersebut maka keberhasilan pembelajaran dapat dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah berikut ini.
Tabel
                         Daftar distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa
Interval Kelas
Frekuensi
Nilai awal
Evaluasi I
Evaluasi  II
20 – 40
6
-
-
 41 – 61
9
6
2
62 – 82
7
9
9
83 – 103
1
8
12
Jumlah Siswa
23
23
23
Jmh siswa yang mencapai KKM 65
35%
74%
91%
                    

Berdasar tabel di atas bahwa siswa yang belum mencapai KKM pada nilai awal ada 15 siswa menjadi 6 orang pada evaluasi I dan pada evaluasi II ada 2 siswa. Jumlah siswa tuntas belajar dan mencapai KKM pada evaluasi I dan II meningkat yaitu, 8 siswa pada nilai awal menjadi 17 siswa pada evaluasi I, dan  pada evaluasi II menjadi 21 siswa telah mencapai KKM 65. Dari seluruh siswa yang belum mencapai KKM ada 1 siswa, berarti siswa tersebut belum tuntas. Seperti telah disepakati bahwa siswa yang belum tuntas diberikan remedial hingga siswa tersebut tuntas belajar.
Pembahasan hasil belajar berdasarkan pada penjelasan analisis hasil pengamatan, analisis hasil belajar dan analisis hasil keberhasilan tindakan. Hasil belajar maupun aktifitas siswwa telah menunjukkan peningkatan dari siklus I dan siklus II. Keberhasilan pembelajaran ini setelah guru melakukan tindakan perbaikan dengan menggunakan alat peraga yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran.
Dengan demikian penggunaan alat peraga yang sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok dapat meningkatkan minat anak, membantu tilik ruang, supaya dapat melihat antara ilmu yang dipelajari dengan lingkungan alam sekitar, anak akan lebih berhasil belajarnya bila banyak melibatkan alat inderanya, sangat menarik minat siswa dalam belajar, mendorong siswa untuk belajar bertanya dan berdiskusi, menghemat waktu belajar (Ruseffendi, 1994:240; Gunawan dkk, 1996:37)
Secara keseluruhan ketuntasan belajar matematika kelas V SDN 010 Tanah Merah pada siklus I mencapai 74% menjadi 91% pada siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 17%.
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dugaan sementara bahwa penggunaan alat peraga berupa jam analog pada pembelajaran Matematika materi  pengukuran waktu telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 010 Tanah Merah.

SImpulan dan saran tindak lanjut

A.    simpulan
Penelitian tindakan kelas beserta pembahasannya yang dilakukan guru di kelas V SDN 010 Tanah Merah dapat disimpulkan bahwa :
1.      Penggunaan alat peraga jam analog pada pembelajaran Matematika dalam menentukan notasi waktu memberikan pengalaman langsung pada siswa
2.      Penggunaan alat peraga jam analog dapat meningkatkan motivasi dan aktifitas belajar siswa sehingga mempermudah siswa memahami materi pengukuran waktu.
3.      Penggunaan alat peraga yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada penelitian tindakan kelas ini, bahwa ketuntasan belajar siswa siklus I mencapai 74% menjadi 91% pada siklus II, sehingga meningkat sebesar 17%.

B.     Saran dan tindak lanjut
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka dapat diajukan saran dan tindak lanjut sebagai berikut :
1.      Penggunaan alat peraga dapat mengurangi verbalisme dan dapat menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai harapan.
2.      Guru harus tepat memilih alat peraga sebagai media alat bantu sesuai materi pelajaran, khususnya Matematika.
3.      Sebaiknya guru sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa, agar siswa dapat berperan aktif mengekspresikan diri dalam pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA
   

Antonius C Prihandoko, (2008).(http:www.wordpress.com) Diakses:11.10.2013. pkl.21.55

Dediknas,(2006).Kurikulum Pendidikan Dasar.Jakarta:Dirjen Dikdasmen

Dimyati dan Mudjono (2002).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta

Mulyasa (2005).Menjadi Guru Profesiona.Jakarta:Remaja Rosda Karya.

Mulyono Abdurrahman (1999).Penelitian Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: Rineka Cipta

Ngalim Purwanto (1990).Psikologi Pendidikan.Jakarta:Remaja Rosda Karya

Pujiati, (2004).Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika.Yogyakarta:Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar & Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika

Ruseffendi, (1992).Materi Pokok Pendidikan Matematika 3.Jakarta:Depdikbud.

Slameto.(1995).Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta: Depdikbud.

Sudjana,Nana, (2005).Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algesindo

Sunendar, Tatang, (2008). Penelitian Tindakan Kelas. (http://akmadsudrajad.wordpress/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas-port-ii). Diakses 11-10-2013.pkl.20.36

Syaiful Bahri Djamarah (1991).Prestasi Belajar & Kompetensi Guru.Surabaya:Usaha Nasional.



 
Themes by karil