BY: HERMA YANTI
Pendahuluan
Salah
satu permasalahan dalam proses pembelajaran pada dunia pendidikan formal (sekolah) sel ama ini adalah masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Masalah ini
dapat dilihat dari rata-rata perolehan
hasil
belajar siswa
yang selalu
memprihatinkan. Permasalahan
ini tentunya merupakan akibat dari
adanya kondisi
pembelajaran yang bersifat konvensional dan tidak pada ranah dimensi peserta didik sendiri
yaitu
bagaimana sebenarnya arti belajar
itu. Bisa dilihat bahwa proses pembelajaran sehingga saat ini masih didominasi oleh guru sendiri dan tidak pernah memberikan kesempatan peserta
didik untuk berkembang seca ra
mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.Menurut Jihad (2008 :152)
Menurut Slavin (2008:216) Group Investigation merupakan penelitian yang paling banyak dan sukses dibandingkan dari metode-metode
spesialisasi tugas. Group Investigation tidak bisa diimplementasikan pada lingkungan pendidikan yang tidak
mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari
pembelajaran yang dilakukan
dalam di
kelas. Kesuksesan pada implementasi
dari Group Investigation yang
sebelumnya
menurut pelatihan pada
kemampuan komunikasi dan sosial. Sangat
penting
bagi Group Investigation adalah merencanakan
kooperatif siswa yang harus dituntut dari mereka. Seluruh anggota kelompok mengambil bagian masing-masing dalam perencanaan berbagai dimensi dan tuntutan
dari proyek yang ingin
mereka kerjakan.
Bersama-bersama mereka menentukan langkah apa yang mereka ingin
investigasikan yang berhubungan
dengan upaya mereka untuk menyelesaikan permasalahan, masalah yang akan mereka hadapi, dan sumber apa yang akan mereka butuhkan, siapa yang akan melaksanakan apa
dan bagaimana cara
mereka untuk
menampilkan proyek hasil kerja mereka yang sudah diselesaikan secara kelompompok kehadapan kelas.
Hasil belajar siswa
merupakan faktor penting dalam pendidikan. Secara umum hasil belajar dipandang sebagai problem pengetahuan
dan keterampilan yang didapatkan siswa informasi yang telah didapatnya.
Beberapa pendapat tentang hasil belajar diantaranya adalah Sardiman (2006)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah ukuran kesuksesan pada suatu pelajaran,
selanjut Dimyati dkk, (2006), menyatakan bahwa semua hasil belajar merupakan
logam yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru hasil belajar berguna untuk
melakukan perbaikan tidakan, sedangkan bagi para siswa hasil belajar berguna
untuk memperbaiki cara-cara belajar. Kemudian Moejiono (1981) menyatakan bahwa
hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka setelah
diberikan tes pada setiap akhir pertemuan, pertengahan semester maupun pada
akhir semester.
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya
hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA merupakan permasalahan yang
terjadi di SDN 021 Tanjung Pasir. Adapu salah satu penyebab yang terjadi adalah rendahnya perolehan hasil belajar peserta
didik dalam belajar
karena orientasi pembelajarn yang sering
berpusat pada guru. Dimana guru
adalah sumber semua informasi sehingga pada pembelajaran IPA siswa sekedar menunggu hasil akhir dari
penyelesaian yang berasal dari guru. Adapun materi pelajaran yang sulit dipahami oleh
peserta didik khususnya di kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir ialah materi Struktur
dan Fungsi Bagian Tumbuhan. Sekolah berupaya melaksanakan pendidikan bagi siswa
secara maksimal. Namun hasil belajar siswa yang diharapkan belum menunjukkan
hasil yang memuaskan bagi para guru. Hal ini dirasakan penulis pada siswa dan
siswi kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir, dimana saat penulis melaksanakan evaluasi
setiap pembelajaran berakhir, hasil belajar siswa terhadap ata pelajaran IPA
menunjukkan hasil 66,66% yang kurang
memuaskan. Keadaan ini terlihat dari jumlah 30 orang siswa hanya mampu
mendapatkan hasil ketuntasan belajar hanya 10 orang saja yaitu, dengan nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) pada materi
ajar Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan adalah 65.
1. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dapat didentifikasi beberapa faktor penyebab rendahnya
hasil belajar siswa mengikuti mata pelajaran IPA diantaranya adalah :
1. Kurangnya
motivasi siswa pada pembelajaran
2. Kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
3. Kurangnya
keberanian siswa mengemukakan pendapat
4. Dalam
proses pembelajaran guru selalu menggunakan metode ceramah
2. Analisis
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah diatas maka diambil kesimpulan bahwa pembelajaran yang
inovatif dapat menigkatkan keaktifan
siswa di dalam
kelas dan menghilangkan kesenjangan yang
ada di SDN 021 Tanjung Pasir yaitu dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam
pelajaran IPA berdampak terhadap hasil belajar siswa.
3. Alternatif
dan Prioritas Pemecahan Masalah
Agar semua permasalahan
dapat diatasi dengan baik, selanjutnya penulis berkeinginan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
perbaikan upaya-upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajarn kooperatif tipe Group Investigation dalam pembelajaran IPA di kelas
IV SDN 021 Tanjung Pasir pada materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan.
Berdasarkan
penelitian tersebut, maka penulis menetapkan judul Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini adalah : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation
Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN 021
Tanjung Pasir Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi dan analisis masalah yang penulis temukan, Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini penulis rumuskan : Bagaimana cara untuk meningkatkan hasil perolehan belajar siswa mata pelajaran IPA kelas IV SDN 021 Tanjung
Pasir ?
C. Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Disamping
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
juga bertujuan untuk mengidentifikasi apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif
Group Investigation bisa
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pelajaran Struktur dan
Fungsi Bagian Tumbuhan pada siswa kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir Tahun Pelajaran
2013/2014.
D. Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang penulis lakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi
Siswa :
-
Dapat meningkatkan pemahaman siswa
-
Siswa lebih aktif dalam
prosespembelajaran
-
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2. Bagi
Guru :
-
Guru lebih terampil dalam memilih model
pembelajaran
-
Guru lebih kreatif dan inovatif
-
Guru lebih berkembang secara profesional
3.
Bagi Sekolah :
-
Sebagai daya dukung yang positif untuk
memecahkan masalah
-
Meningkatkan mutu pendidikan di
lingkungan sekolah
Kajian Pustaka
A. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian
Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah dalam dbahasa Inggris yaitu Classroom Action Research yang artinya penelitian yang dilaksanakan pada seb uah ruang kelas untuk mengetahui adanya akibat dari tindakan yang diterapkan pada suatu
subyek penelitian yang
dilakukan di kelas tersebut.
Pertama kali PTK diperkenalkan oleh Kun Lewin yagaitu pada tahun1946, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Stephen Kemmis, Eobin Mc
Taggart. John Eliot, Dave Ebbutt dan lainnya.
Yang
menjadi subyek dari
penelitian ini
adalah situasi di kelas dan
individu siswa. Para guru atau kepala sekolah bisa melaksanakan kegiatan PTK tanpa harus pergi ke tempat lain seperti
yang dilakukan oleh para peneliti
konvensional pada umumnya
2. Tujuan
Dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Tujuan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disebabkan adanya permasalahan yang
mengganggu dan menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga dapat
menimbulkan dampak negatif baik terhadap proses maupun hasil belajar siswa.
Dengan adanya permasalahan tersebut tindakan selanjutnya dengan menetapkan
pokok permasalahan secara lebih rinci sehingga bila diperlukan dengan
mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis atau melakukan
kajian pustaka yang berkaitan.
Tujuan
Penelitian tindakan Kelas adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki
dan meningkatkan hasil pembelajaran yabg dilaksanakan guru agar dapat tercapai
sesuai dengan keinginan.
b. Memperbaiki
dan meningkatkan kinerja proses pembelajaran.
c. Mengidentifikasi,
menemukan solusi, dan mengatasi setiap masalah yang ditemui pada kegiatan
belajar.
d. Meningkatkan
kreatifitas guru dalam memecahkan masalah kegiatan belajar dan membuat
keputusan yang tepat bagi kemajuan siswa.
e. Memgeksplorasi
dan menciptakan inovasi model pembe;ajaran sesuai materi yang dibutuhkan.
f. Mengeksplorasi
pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran
dapat bertumpu pada kesan atau asumsi.
g. Memecahkan
permasalahan melaui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja.
3. Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) diawali
dengan adanya permasalahan yang dirasakan oleh guru ketika proses
belajar mengajar berlangsung. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang
berhubunga dengan proses dan hasil
perolehan belajar siswa yang belum sesuai dengan tujuan pembelajaran
atau hal-hal lain yang berkaitan dengan prilaku mengajar guru dan prilaku
belajar siswa. Langkah untuk menemukan
permasalahan dilanjutkan dengan cara menganalisis dan merumuskan permasalahan, kemudian
dilanjutkan dengan merencanakan PTK dalam bentuk tindakan
perbaiakan yaitu dengan cara
mengamati, dan melakukan refleksi.
Keempat
langkah utama pada
PTK ini
yaitu merencanakan tindakan,
melakukan tindakan perbaikan, mengamati dan merefleksi merupakan satu siklus
dalam Penelitian Tindakan Kelas
siklus selalu dilakukan dengan
cara berulang-ulang. Setelah satu siklus selesai, kemungkinan guru akan menjumpai permasalahan yang baru atau
masalah sudah lama
yang belum tuntas dipecahkan, kemudiaan
dilanjutkan lagi ke siklus kedua dengan langkah-langkah yang sama halnya seperti pada siklus pertama. Dengan
demikian, berdasaudrkan
hasil yang diperoleh pada
tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali melanjutkan langkah perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi pada siklus kedua. (http://panduanskripsi.com/tag/penelitian-tindakan-kelas-menurut-para-ahli/)
B. Pengertian IPA
IPA
adalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, adalah pengetahuan
yang sudah
mengalami beberapa kali uji
kebenaran melalui metode ilmiah, yang
memiliki
cirri-ciri objektif, metodik, sistimatis, universal dan tentative. Ilmu
Pengtahuan Alam yaitu
ilmu yang pokok bahasannya merupakan
alam dan segala isinya, menurut
pendapat Carin dan Sund (1993) dalam Depdiknas mendefenisikan
IPA sebagai “Pengetahuan secara
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku sec umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil obsrvasi dan eksprimen”.
IPA
merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh
dari perkembangan berdasarkan teori (deduktif). (Soekardjo, 1973:1).
IPA
menurut arti yaitu ilmu, pengtahuan dan alam. Ilmu adalah pengetahuan yang
ilmiah. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dikrtahui manusia. Dari dua
pengertian tersebut dapat digabungkan yaitu IPA sebagai ilmu yang mempelajari
tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di ala mini. (Suekarno,
1973:1).
C. Model
Pembelajaran Group Investigation
Menurut
Slavin (2008 ;216)
Group Investigation merupakan
penelitian yang sangat
luas dan sukses dari metode-metode spesialisasi tugas. Group Investigation
tidak bisa
diimplementasikan pada lingkungan
dunia pendidikan yang tidak memotivasi dialog interpersonal atau yang
tidak pernah memperhatikan dimensi rasa sosial dari proses belajar di dalam kelas.
Kesuksesan implementasi dari Group Investigation menurut pelatihan dalam
kemampuan komunikasi dan sosial.
Penting bagi Group Incestigation adalah perencanaan kerja sama siswa atas apa yang akan dituntut dari mereka. Seluruh anggota kelompok mendapat bagian dalam merencanakan seluruh dimensi dan tuntutan dari proyek yang dikerjakan mereka. Bersama-bersama mereka untuk menentukan apa yang mau mereka investigasikan yang berhubungan dengan usaha mereka untuk menyelesaikan ,permasalahan yang mereka hadapi, kemudian sumber apa yang mereka butuhkan,
siapa akan melakuka apa dan bagaimana cara mereka untuk menampilkan hasil proyek mereka yang sudah selesai di hadapan kelas.
Blosser
1992 (dalam devi, 2007) Dalam group investigation, siswa melakukan kegiatan melalui enam tahap.
Tahap-tahap dalam group investigation antara lain :
Tahap 1 : mengidentifikasi topik permasalahan dan mengatur siswa
kedalam kelompok.
Tahap 2 : merencanakan tugas-tugas yang akan dipelajari siswa.
Tahap 3 : melakukan investigasi.
Tahap 4 : mempersiapkan laporan akhir.
Tahap 5 : mempresentasikan hasil laporan akhir.
Tahap 6 : evaluasi.
Berdasarkan
tahap-tahap model pembelajaran group investigation maka disusunlah kegiatan
pembelajaran ini mulai tahap persiapan dan tahap penyajian kelas selanjutnya
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahap
Persiapan
Persiapan
materi dengan masalah kontekstual yang berhubungan dengan persiapan perangkat
pembelajaran seperti RPP, LKS dan lembar pengamatan serta skor dasar individu.
Sebelum
memulai pembelajaran yang merancang kelompok-kelompok yang jumlah tiap kelompok
terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang.
b. Tahap
Penyajian Kelas
a. Kegiatan
Awal
- Apersepsi,
guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
- Memotivasi,
guru memotivasi siswa dengan cara meminta siswa mengingat kembali pelajaran
yang telah lalu.
- Guru
mengarahkan siswa membentuk kelompok yang sudah dirancang sebelumnya kemudian
siswa membentuk kelompok sesuai dengan yang sudah dirancang guru.
- Guru
memberikan LKS kepada siswa untuk melakukan penyelidikan.
b. Kegiatan
Inti
- Masing-masing
kelompok menuliskan pemecahan masalah yang ada dalam LKS.
- Masing-masing
anggota keompok bernalar untuk
mengadakan penyelidikan terhadap masalah.
- Anggota
kelompok mengkomunikasikan jawaban yang diplih pada teman-temannya dengan rasa
percaya diri dan penuh tanggung jawab.
- Pada
tahap persentasi siswa bebas memilih bentuk persentasi yang diinginkan seperti
gambar atau lambing-lambang Matematika yang disampaikan oleh ketua kelompok.
c. Kegiatan
Akhir
- Pada
kegiatan akhir siswa merangkum atau membuat kesimpulan tentang masalah yan g
diselidiki dengan bimbingan guru.
- Guru
memberikan pekerjaan rumah yang dicatat oleh guru.
- Guru
menginformasikan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
D. Hasil
Belajar
1. Pengertian
Hasil Belajar.
Hasil belajar
siswa merupakan faktor penting dalam pendidikan. Secara umum hasil belajar dipandang sebagai problem
pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan siswa informasi yang telah
didapatnya. Beberapa pendapat tentang hasil belajar diantaranya adalah Sardiman
(2006) menyatakan bahwa hasil belajar adalah ukuran kesuksesan pada suatu
pelajaran, selanjut Dimyati dkk, (2006), menyatakan bahwa semua hasil belajar
merupakan logam yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru hasil belajar
berguna untuk melakukan perbaikan tidakan, sedangkan bagi siswabnhasil belajar
berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar. Kemudian Moejiono (1981)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam bentuk
angka-angka setelah diberikan tes pada setiap akhir pertemuan, pertengahan
semester maupun pada akhir semester.
Adapun
dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar adalah
:
1. Tes
hasil belajar harus dapat mengukur semua bagian yang telah dipelajari dalam
proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam
kurikulum yang berlaku.
2. Tes
hasil belajar disusun sebaik
mungkiin
sehingga benar-benar dapt mewakili
bahan yang telah dipelajari
siswa.
2.
Beberapa
faktor
yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar dan
faktor yang mempengaruhinya merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan,
untuk mencapai hasil belajar yang baik perlu diperhatikan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhinya, sehingga kegiatan belajar yang dilakukan dapat mencapai
hasil yang maksimal. Setiap para ahli mempunyai pendapat tentang beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Slameto(1991 : 16) mengemukakan
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :
a. Faktor
Intern
Faktor intern
adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar (anak didik) yang
terdiri dari faktor jasmani (meliputi
kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologi (meliputi intelegensi perhatian,
minat, bakat motif kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan jasmani
(meliputi kepenatan tubuh serta kelelahan rohani seperti stress dan bosan).
b. Faktor
Ekstern
Faktor ekstern
yaitu faktor yang ada diluar tubuh individu yang sedang belajar (anak didik)
yang terdiri dari faktor keluaga, sekolah, dan masyarakat.
Pelaksanaan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subjek,
Tempat, dan Waktu Serta
Pihak yang Membantu Penelitian
Proses
perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA ini penulis laksanakan di kelas IV
SDN 021 Tanjung Pasir sebanyak 30 orang yang terdiri dari 7 orang siswa
laki-laki dan 23 orang siswa perempuan.
Tempat penelitian
ini dilakukan di SDN 021 Tanjung Pasir di kelas IV mata pelajaran IPA dengan materi ajar Struktur
dan Fungsi Bagian Tumbuhan.
Waktu
pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan selama 3 minggu.
Tabel 3.1
Waktu Pelaksanaan Penelitian Perbaikan
Pembelajaran.
No
|
Kegiatan
|
Minggu
I
|
Minggu
II
|
Minggu
III
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Perencanaan
|
ü
|
=
|
||||||||||
2.
|
Prasiklus
|
=
|
|||||||||||
4.
|
Siklus 1 & 2
|
=
|
=
|
||||||||||
5.
|
Ujian Praktek
|
=
|
|||||||||||
6.
|
Pengumpulan Data
|
=
|
=
|
||||||||||
7.
|
Analisis Data
|
=
|
=
|
||||||||||
8.
|
Penyusunan Hasil
|
=
|
=
|
||||||||||
9.
|
Laporan Hasil
|
=
|
=
|
=
|
=
|
Pihak yang
membantu dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah : Dosen PKP,
Suvervisor 1 dan 2, Kepala SDN 021
Tanjung Pasir dan rekan-rekan majlis guru yang ada di SDN 021 Tanjung Pasir.
B. Desain
Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Gambar
3.1
Desai Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Riset Aksi Model John Elliot
1. Rencana
Perbaikan
Rencana program
perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika yang akan diperbaiki
diawali dengan menganalisis kemampuan siswa berdasarkan nilai latihan pada mata pelajaran Matematika yaitu
materi pecahan dan urutannya.
Setelah
itu dilakukan analisis materi tentang pecahan dan urutannya, selanjutnya
dilakukan analisis metode pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
group investigation dengan tujuan penerapannya dikelas akan lebih optimal.
Analisis terhadap metode pembelajaran juga dilakukan agar tujuan pembelajaran
yang tergambar pada indikator pencapaian dapat terwujud.
Kemudian dibuatlah
perangkat pembelajaran yang terdiri atas :
1. Siklus
pembelajaran
2. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
3. Evaluasi
untuk penilaian berupa soal-soal latihan yang selanjutnya dijadikan laporan
penelitian ini.
2. Pelaksanaan
perbaikan
Proses
pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang penulis lakukan pada mata pelajaran
Matematika melalui tiga tahapan :
1. Tahap
persiapan
2. Tahap
pelaksanaan
3. Tahap
observasi
4. Tahap
refleksi
Langkah-langkah
yang penulis lakukan dalam perbaikan pembelajaran IPA pada :
SIKLUS 1
1. Tahap
persiapan
a. Mendesain
perangkat pembelajaran mulai dari menyusun silabus, RPP sampai dengan menyusun
tes hasil belajar.
b. Guru
menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan materi ajar.
c. Menyiapkan
Lembar Kerja Siswa (LKS dan latihan.
2. Tahap
Pelaksanaan
1. Kegiatan
Awal (5 menit)
- Mengkondisikan
kelas
- Apersepsi,
tentang pelajaran yang lalu
- Menyampaikan
materi pokok pembelajaran
- Siswa
duduk berkelompok sesuai dengan kelompok mereka masing-masing
2.
Kegiatan Inti (55 menit)
- Memberikan
informasi tentang materi pembelajaran dan menjelaskan materi tentang akar.
- Siswa
dibagi 4 kelompok belajar, siswa membahas tentang bagian-bagian akar.
- Guru
membagikan LKS.
- Siswa
mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing tentang materi pembelajaran.
- Siswa
mengisi LKS dengan bimbingan guru.
3.
Kegiatan Akhir(10 menit)
- Seorang
siswa maju kedepan untuk menuliskan hasil kerja kelompoknya, dan mencocokannya
dengan hasil kerja kelompok lain.
- Memberikan
tugas untuk pekerjaan rumah (PR).
- Membuat
kesimpulan tentang materi pembelajaran dengan bimbingan guru.
3.
Tahap Observasi
Pengamatan
kegiata guru dilakukan pada saat proses tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan guru. Pada penelitian ini supervisor 2 yang bertindak
sebagai pengamat adalah bapak NURDIN,S.Hum. Kepala SDN 021 Tanjung Pasir.
Pengamat melakukan pengamatan berdasarkan lembar pengamatan guru yang telah
disiapkan pada tahap perencanaan.
4, Tahap Refleksi
Berdasarkan data
prasiklus rata-rata siswa mata pelajaran IPA rata-rata hanya 30,57 Ini
disebabkan adanya beberapa kelemahan yang ditemui, yaitu siswa belum memahami
materi pelajaran karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Setelah dilaksanakan siklus 1 nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 65,40.
Setelah
dilakukan tindakan terlihat perubahan perilaku berdampak kepada peningkatan
hasil belajar siswa. Perubahan perilaku siswa terkait pada lembar pengamatan
yang diamati oleh supervisor 2.
SIKLUS 2
1. Tahap
persiapan
a. Mendesain
perangkat pembelajaran mulai dari menyusun silabus, RPP sampai dengan menyusun
tes hasil belajar.
b. Guru
menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan materi ajar.
c. Menyiapkan
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan latihan.
2. Tahap
Pelaksanaan
1. Kegiatan
Awal (5 menit)
Apersepsi
- Guru
memberikan contoh bentuk-bentuk tulang daun dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
- Siswa
disuruh kedepan untuk menuliskan beberapa contoh daun berdasarkan sususnan
tulangnya.
2. Kegiatan Inti (55
menit)
- Guru
memberikan informasi tentang materi pembelajaran dengan ceramah dan penggunaan
media.
- Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok.
- Guru
memberikan LKS.
- Siswa
mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing tentang materi pembelajarn.
- Bimbingan
kelompok mengajar.
- Siswa
mengisi LKS dengan bimbingan guru dan berdasarkan hasil diskusi kelompok mereka
masing-masing.
3. Kegiatan
Akhir(10 menit)
Mengevaluasi
-
Seorang siswa maju kedepan menuliskan
hasil kerja kelompoknya dan mencocokkan dengan hasil kerja kelompok lain.
-
Membuat kesimpulan tentang materi dengan
bimbingan guru.
-
Mengevaluasi hasil.
-
Memberi tugas Pekerjaan Rumah (PR).
3. Tahap
Observasi
Pengamatan
kegiata guru dilakukan pada saat proses tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan guru. Pada penelitian ini supervisor 2 yang
bertindak sebagai pengamat adalah NURDIN, S.Hum. Seorang kepala SDN 021 Tanjung
Pasir. Pengamat melakukan pengamatan berdasarkan lembar pengamatan guru yang
telah disiapkan pada tahap perencanaan.
4. Tahap
Refleksi
Berdasarkan data
siklus 1 rata-rata siswa mata pelajaran IPA hanya 65,40. Ini disebabkan adanya
beberapa kelemahan yang ditemui, yaitu siswa belum memahami materi pelajaran
karena guru tidak menggunakan model pembelajaran. Setelah dilaksanakan siklus 2
nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 77,50.
Setelah
dilakukan tindakan terlihat perubahan perilaku berdampak kepada peningkatan
hasil belajar siswa. Perubahan perilaku siswa terkait pada lembar pengamatan
yang diamati oleh supervisor 2.
C. Teknik
Analisis Data
a. Teknik
pengumpulan data
Adapun
teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian perbaikan
pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1. Teknik
Observasi
Penulis
mengamati sendiri keadaan kelas saat proses pembelajaran berlansung mulai dari
awal sampai akhir pembelajaran di kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir khusus pada
saat pelajaran IPA.
2. Teknik
Dokumentasi
Teknik
pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dilihat dari hasil belajar siswa
dan nilai latihan siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV semester 2 SDN 020
Tanjung Pasir pada materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan
b. Teknik
Analisis Data
Jenis penelitian
ini adalah studi kasus dengan teknik analisis data deskriptif-kualitatif,
menurut Ebbutt dalam Wiriaatmadja (2008 : 12) yaitu jenis penelitian yang
menggabungkan antara penelitian kuantitatif dengan dengan penelitian
kualitatif. Tujuan menggunakan metode gabungan ini adalah untu memberikan
kejelasan makna dari hasil penelitian. Analisis kuantitatif barang kali kurang
memberikan kejelasan makna, sedangkan penelitian kuantitatif untuk kasus
penelitian ini kurang mampu memberikan data berupa angka-angka, padahal dalam
kasus penelitian ini membutuhkan
angka-angka tersebut.
Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi
Persiklus
Prasiklus
Prasiklus
dilaksanakan pada Senin tanggal 23 September 2013. Pada siklus ini diperoleh
data tentang keaktifan siswa, hasil belajar dan catatan refleksi. Secara
keseluruhan diperoleh data hasil belajar siswa pada prasiklus, sebagaimana
tabel di berikut ini.
Tabel 4.1
Data Nilai Hasil Belajar Prasiklus
No
|
Rentang
Nilai
|
Kategori
|
Nilai
Prasiklus
|
Persentase
|
Keterangan
|
1
|
<
65
|
Kurang
|
20
|
67%
|
Nilai
KKM
|
2
|
65-79
|
Cukup
|
10
|
33%
|
Siswa
65
|
3
|
80-94
|
Baik
Sekali
|
-
|
0%
|
|
4
|
95-109
|
Istimewa
|
-
|
0%
|
|
Jumlah Siswa
|
30
|
100%
|
Memperhatikan data tabel di atas di ketahui masih
banyak siswa yang tidak mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu
sebanyak 20 orang siswa. Dengan nilai
rata-rata 57 nilai terrendah 30 nilai tertinggi 70. Pengamatan dilakukan
dengan intensif dan berkelanjutan, data yang dikumpulkan adalah penilaian hasil
pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas guru selama pembelajaran. Hasil pengamatan
tentang siswa antara lain dalam proses pembelajaran masih ada siswa yang belum
paham terhadap materi.
Grafik 4.1
Garfik Nilai Prasiklus

a. Siklus
I
Siklus I
penelitian ini dilaksanakan pada Senin tanggal 30 September 2013. Pada siklus
ini diperoleh data tentang keaktifan siswa, hasil belajar dan catatan refleksi.
Secara keseluruhan diperoleh data hasil belajar siswa pada siklus I, sebagaimana
table di berikut ini.
Tabel 4.2
Data Nilai Hasil Belajar Siklus 1
No
|
Rentang
Nilai
|
Kategori
|
Nilai
Siklus 1
|
Persentase
|
Keterangan
|
1
|
<
65
|
Kurang
|
6
|
20%
|
Nilai
KKM
|
2
|
65-79
|
Cukup
|
15
|
50%
|
Siswa
65
|
3
|
80-94
|
Baik
Sekali
|
7
|
24%
|
|
4
|
95-109
|
Istimewa
|
2
|
26%
|
|
Jumlah Siswa
|
30
|
100%
|
Grafik 4.2
Grafik Nilai Siklus 1

Memperhatikan data
tabel di atas di ketahui masih ada siswa yang tidak mampu mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum yaitu sebanyak 6
orang siswa. Dengan nilai rata-rata 73
nilai terrendah 60 dan nilai tertinggi 100.
b. Siklus
II
Pelaksanaan
siklus II pada hari Senin tanggal 07 Oktober 2013, pada siklus ini lebih
mengoptimalakan pembelajaran dengan penerapan medel pembelajaran group
investigation berdasarakan pelaksanaan tes kepada siswa pada pemebelajaran siklus II diperoleh data
nilai hasil belajar siswa sebagai berikut ini.
Tabel
4.3
Data
Nilai Hasil Belajar Siklus 2
No
|
Rentang
Nilai
|
Kategori
|
Nilai
Siklus 2
|
Persentase
|
Keterangan
|
1
|
<
65
|
Kurang
|
-
|
0%
|
Nilai
KKM
|
2
|
65-79
|
Cukup
|
8
|
27%
|
Siswa
65
|
3
|
80-94
|
Baik
Sekali
|
16
|
53%
|
|
4
|
95-109
|
Istimewa
|
6
|
20%
|
|
Jumlah Siswa
|
30
|
100%
|
Grafik 4.3
Grafik Nilai Siklus 2

Data pada siklus II terjadi perubahan nilai yang di peroleh siswa
jika dibandingkan data pada siklus I. Terbukti bahwa pada siklus II perbaikan
lebih optimal sehingga daya serap masuk katagori baik. Pencapaian Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mata pelajaran IPA adalah 100%, berarti kreteria ketuntasan
minimal pada siklus II telah tercapai.
Agar lebih jelas dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi ketuntasan siswa
kelas IV dari prasiklus, siklus I dan siklus II.
Tabel 4.4
Data Nilai Hasil
Belajar Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2
No
|
Rentang Nilai
|
Prasiklus
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
1
|
<
65
|
20
|
6
|
-
|
2
|
65-79
|
10
|
15
|
8
|
3
|
80-94
|
-
|
7
|
16
|
4
|
95-109
|
-
|
2
|
6
|
Jumlah Siswa
|
30
|
30
|
30
|
Grafik
4.4
Data
Nilai Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2

B. Pembahasan
Hasil Penelitian Perbaikkan Pembelajaran
Berdasarkan
hasil penelitian terungkap bahwa pada siklus I yang memperoleh nilai ketuntasan
adalah 24 orang artinya masih ada 6 siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan
pada materi Struktut dan Fungsi Bagia Tumbuhan.
Meskipun
keberhasilan siswa secara klasikal sudah mencapai nilai kreteria ketuntasan
minimum (KKM) 65.
Model
pembelajaran yang di gunakan tentunya
memiliki kelebihan seperti :
1.
Timbulnya motivasi siswa dalam melakukan
aktivitas
2.
Timbulnya kepercayaan diri pada siswa.
Pada aktivitas siswa terdapat
beberapa kelemahan dan kekurangan. Seperti pada pertemuan pertama, masih banyak
siswa yang kebingungan dan malu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru, sehingga guru kesulitan dalam mengarahkan mereka. Peneliti beranggapan
bahwa siswa baru pertama kali mengalami model pembelajaran ini. Namun, setelah
mengalami beberapa kali pertemuan,
tepatnya pada pertemuan ketiga dan keempat siswa sudah mulai aktif dan berani
menjawab pertanyaan dari guru, terlihat dari berkurangnya jumlah siswa yang hanya
diam jika diberikan pertanyaan oleh guru. Kelemahan dan kekurangan berikutnya
adalah kegiatan model pembelajaran kooperatif group investigation, tidak semua
siswa dalam proses belajar berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru
dalam hal ini selalu mengarahkan dan memotivasi siswa sehingga hasil belajar
siswa selalu meningkat setiap pertemuan. Begitu juga halnya dalam jumlah siswa
yang pasif. Beberapa pertemuan awal, masih banyak siswa yang pasif menunggu
jawaban dari temannya saja. Namun jumlahnya terus berkurang tiap pertemuan
karena guru tidak pernah lupa mengarahkan mereka selama pertemuan. Kelemahan
lainya adalah dalam menjawab soal
berdasarkan indikator soal. Pada beberapa pertemuan awal siswa benar-benar
kebingungan Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru terlihat bahwa ada
beberapa aktivitas guru masih belum dilaksanakan secara maksimal, seperti:
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dan kreatif lagi, belum
intensifnya guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan,
dalam mengarahkan pendapat dan pertanyaan siswa kurang jelas atau mengambang,
menyediakan buku sumber belajar atau meminjamkan buku ajar pada siswa dan
memberikan hadiah.
Namun juga
memiliki kelemahan seperti kekurangan media yang tersedia pada SDN 021 Tanjung
Pasir dan guru yang harus mengadakan kelengkapan untuk mendemontrasikan materi
pelajaran IPA yang akan saya sajikan.Belum maksimalnya hasil yang dicapai maka
dianggap perlu perbaikan selanjutnya pada siklus II.
Kerberhasilan
pada siklus I menjadikan dasar untuk menerapakan model pembelajaran group
investigation pada materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan dengan lebih
menglengkapai sarana dalam pembelajaran.
Siklus II
dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober 2013 nilai perolehan siswa meningkat
dengan nilai rata-rata 84 berarti medel pembelajaran group investigation
merupakan cara untuk memudahakan siswa untuk memahami materi yang di ajarakan
dan memberikan motivasi kepada siswa
agar lebih aktif melalui pengamatan, penglihatan dan cara melakuakan.
Dengan memberikan motivasi, arahan,
dan bimbingan yang intensif kepada siswa, terutama saat siswa mengalami
kesulitan, maka ketuntasan belajar IPA siswa secara klasikal meningkat dari
33% pada siklus I menjadi 80% pada siklus
II meningkat menjadi 100% .
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang diajukan dapat diterima kebenarannya.
Dengan kata lain penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir pada
materi pokok Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan.
Simpulan dan Saran Tindak Lanjut
A. Simpulan.
Dari hasil
pengumpulan dan pengolahan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
sebagai sampelnya adalah siswa KELAS IV SDN 021 Tanjung Pasir, dapat ditarik
kesimpulan yaitu :
1.
Penggunaan medel group investigation
dalam proses belajar dapat meningkatkan
hasil belajar siswa SDN 021 Tanjung Pasir.
2.
Penggunaan medel group investigation
dalam proses belajar dapat meningkatkan kreativitas anak dalam belajar dan menimbulkan daya tarik
siswa terhadap materi sehingga anak akan lebih mudah memahami pelajaran yang
disajikan.
3.
Penggunaan medel group investigation
akan lebih memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
B. Saran
Tindak Lanjut.
Berdasarkan
simpulan tersebut, beberapa hal sebaiknya dilakukan oleh guru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam kelas diantaranya :
1. Penggunaan
medel group investigation harus disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan.
2. Penggunaan
medel group investigation dapat menjadi salah satu alternatif metode
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaran di sekolah.
3. Penataan
kelompok kerja siswa disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2008.
Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka
Putra.
Jihat,
Asep. 2006.
Pengembangan Kurikulum Matematika
(Tinjauan Teoritis dan Historis). Bandung : Multipressindo.
Slavin,
Robert. 2008. Kooperative Learning Teori,
riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
Wiriaatmadja,
Rociati. 2008. Metode Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung : Rosda Karya.
Zakari
, Z. 2001. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SLTPN 2 Sidoarjo.
Surabaya : Skrip/si tidak dipublikasikan pendidikan fisika UNESA.