PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 021 TANJUNG PASIR

BY: HERMA YANTI



Pendahuluan

Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran pada dunia pendidikan formal (sekolah) sel ama ini adalah masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Masalah ini  dapat dilihat dari rata-rata perolehan hasil belajar siswa yang selalu memprihatinkan. Permasalahan ini tentunya merupakan akibat dari adanya kondisi pembelajaran yang bersifat konvensional dan tidak pada ranah dimensi peserta didik sendiri yaitu bagaimana sebenarnya arti belajar itu. Bisa dilihat bahwa proses pembelajaran sehingga saat ini masih didominasi oleh guru sendiri dan tidak pernah memberikan kesempatan peserta didik untuk berkembang seca ra mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.Menurut Jihad (2008 :152)

Menurut Slavin (2008:216)  Group Investigation merupakan penelitian yang paling banyak dan sukses dibandingkan dari metode-metode spesialisasi tugas. Group Investigation tidak bisa diimplementasikan pada lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran yang dilakukan dalam di kelas. Kesuksesan pada implementasi dari Group Investigation yang sebelumnya menurut pelatihan pada kemampuan komunikasi dan sosial. Sangat penting bagi Group Investigation adalah merencanakan kooperatif siswa  yang harus dituntut dari mereka. Seluruh anggota kelompok mengambil bagian masing-masing dalam perencanaan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek yang ingin mereka kerjakan. Bersama-bersama  mereka menentukan langkah apa yang mereka ingin investigasikan yang berhubungan dengan upaya mereka untuk menyelesaikan permasalahan, masalah yang akan mereka hadapi, dan sumber apa yang akan mereka butuhkan, siapa yang akan melaksanakan apa dan bagaimana cara mereka untuk menampilkan proyek hasil kerja mereka yang sudah diselesaikan secara kelompompok kehadapan kelas.

Hasil belajar siswa merupakan faktor penting dalam pendidikan. Secara umum  hasil belajar dipandang sebagai problem pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan siswa informasi yang telah didapatnya. Beberapa pendapat tentang hasil belajar diantaranya adalah Sardiman (2006) menyatakan bahwa hasil belajar adalah ukuran kesuksesan pada suatu pelajaran, selanjut Dimyati dkk, (2006), menyatakan bahwa semua hasil belajar merupakan logam yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru hasil belajar berguna untuk melakukan perbaikan tidakan, sedangkan bagi para siswa hasil belajar berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar. Kemudian Moejiono (1981) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka setelah diberikan tes pada setiap akhir pertemuan, pertengahan semester maupun pada akhir semester.

A.  Latar Belakang Masalah

Rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA merupakan permasalahan yang terjadi di SDN 021 Tanjung Pasir. Adapu salah satu penyebab yang terjadi adalah rendahnya perolehan hasil belajar peserta didik dalam belajar karena orientasi pembelajarn yang sering berpusat pada guru. Dimana guru adalah  sumber semua informasi sehingga pada pembelajaran IPA siswa sekedar menunggu hasil akhir dari penyelesaian yang berasal dari guru. Adapun materi pelajaran yang sulit dipahami oleh peserta didik khususnya di kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir ialah materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan. Sekolah  berupaya melaksanakan pendidikan bagi siswa secara maksimal. Namun hasil belajar siswa yang diharapkan belum menunjukkan hasil yang memuaskan bagi para guru. Hal ini dirasakan penulis pada siswa dan siswi kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir, dimana saat penulis melaksanakan evaluasi setiap pembelajaran berakhir, hasil belajar siswa terhadap ata pelajaran IPA menunjukkan hasil 66,66%  yang kurang memuaskan. Keadaan ini terlihat dari jumlah 30 orang siswa hanya mampu mendapatkan hasil ketuntasan belajar hanya 10  orang saja yaitu, dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)  pada materi ajar Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan adalah 65.

1.      Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat didentifikasi beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa mengikuti mata pelajaran IPA diantaranya adalah :
1.    Kurangnya motivasi siswa pada pembelajaran
2.    Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
3.    Kurangnya keberanian siswa mengemukakan pendapat
4.    Dalam proses pembelajaran guru selalu menggunakan metode ceramah

2.      Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka diambil kesimpulan bahwa pembelajaran yang inovatif dapat menigkatkan keaktifan siswa di dalam kelas dan  menghilangkan kesenjangan yang ada di SDN 021 Tanjung Pasir yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam pelajaran IPA berdampak terhadap hasil belajar siswa.

3.      Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Agar semua permasalahan dapat diatasi dengan baik, selanjutnya penulis berkeinginan untuk melakukan  Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan perbaikan upaya-upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajarn kooperatif tipe Group Investigation dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir pada materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka penulis menetapkan judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang penulis temukan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini penulis rumuskan : Bagaimana cara untuk meningkatkan hasil perolehan belajar siswa  mata pelajaran IPA kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir ?

C.  Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Disamping untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi apakah penerapan model pembelajaran  Kooperatif  Group Investigation bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pelajaran Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada siswa kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir Tahun Pelajaran 2013/2014.

D.    Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis lakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1.    Bagi Siswa :
-          Dapat meningkatkan pemahaman siswa
-          Siswa lebih aktif dalam prosespembelajaran
-          Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2.    Bagi Guru :
-          Guru lebih terampil dalam memilih model pembelajaran
-          Guru lebih kreatif dan inovatif
-          Guru lebih berkembang secara profesional
3.      Bagi Sekolah :
-          Sebagai daya dukung yang positif untuk memecahkan masalah
-          Meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan sekolah

Kajian Pustaka

A.    Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1.      Pengertian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah dalam dbahasa Inggris yaitu Classroom Action Research yang artinya penelitian yang dilaksanakan pada seb uah ruang kelas untuk mengetahui adanya akibat dari tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian yang dilakukan di kelas tersebut. Pertama kali PTK diperkenalkan oleh Kun Lewin yagaitu pada tahun1946, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Stephen Kemmis, Eobin Mc Taggart. John Eliot, Dave Ebbutt dan lainnya.
Yang menjadi subyek dari penelitian ini adalah situasi di kelas dan individu siswa. Para guru atau kepala sekolah bisa melaksanakan kegiatan PTK tanpa harus pergi ke tempat lain seperti yang dilakukan oleh para peneliti konvensional pada umumnya

2.      Tujuan Dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disebabkan adanya permasalahan yang mengganggu dan menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap proses maupun hasil belajar siswa. Dengan adanya permasalahan tersebut tindakan selanjutnya dengan menetapkan pokok permasalahan secara lebih rinci sehingga bila diperlukan dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis atau melakukan kajian pustaka yang berkaitan.

Tujuan Penelitian tindakan Kelas adalah sebagai berikut :
a.    Memperbaiki dan meningkatkan hasil pembelajaran yabg dilaksanakan guru agar dapat tercapai sesuai dengan keinginan.
b.    Memperbaiki dan meningkatkan kinerja proses pembelajaran.
c.    Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi setiap masalah yang ditemui pada kegiatan belajar.
d.   Meningkatkan kreatifitas guru dalam memecahkan masalah kegiatan belajar dan membuat keputusan yang tepat bagi kemajuan siswa.
e.    Memgeksplorasi dan menciptakan inovasi model pembe;ajaran sesuai materi yang dibutuhkan.
f.     Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada kesan atau asumsi.
g.    Memecahkan permasalahan melaui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja.

3.      Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diawali dengan adanya permasalahan yang dirasakan oleh guru ketika proses belajar mengajar berlangsung. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubunga dengan proses dan hasil perolehan belajar siswa yang belum sesuai dengan tujuan pembelajaran atau hal-hal lain yang berkaitan dengan prilaku mengajar guru dan prilaku belajar siswa. Langkah untuk menemukan permasalahan dilanjutkan dengan cara menganalisis dan merumuskan permasalahan, kemudian dilanjutkan dengan merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaiakan yaitu dengan cara mengamati, dan melakukan refleksi.

Keempat langkah utama pada PTK ini yaitu merencanakan tindakan, melakukan tindakan perbaikan, mengamati dan merefleksi merupakan satu siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas siklus selalu dilakukan dengan cara berulang-ulang. Setelah satu siklus selesai, kemungkinan guru akan menjumpai permasalahan yang baru atau masalah sudah lama yang belum tuntas dipecahkan, kemudiaan dilanjutkan lagi ke siklus kedua dengan langkah-langkah yang sama halnya seperti pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasaudrkan hasil yang diperoleh pada tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali melanjutkan langkah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi pada siklus kedua. (http://panduanskripsi.com/tag/penelitian-tindakan-kelas-menurut-para-ahli/) 

B.  Pengertian IPA
IPA adalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, adalah  pengetahuan yang sudah mengalami beberapa kali uji kebenaran melalui metode ilmiah, yang memiliki cirri-ciri objektif, metodik, sistimatis, universal dan tentative. Ilmu Pengtahuan Alam yaitu ilmu yang pokok bahasannya merupakan alam dan segala isinya, menurut pendapat Carin dan Sund (1993) dalam Depdiknas mendefenisikan IPA sebagai “Pengetahuan secara sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku sec umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil obsrvasi dan eksprimen”.

IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dari perkembangan berdasarkan teori (deduktif). (Soekardjo, 1973:1).

IPA menurut arti yaitu ilmu, pengtahuan dan alam. Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dikrtahui manusia. Dari dua pengertian tersebut dapat digabungkan yaitu IPA sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di ala mini. (Suekarno, 1973:1).

C.     Model Pembelajaran Group Investigation
Menurut Slavin (2008 ;216) Group Investigation merupakan penelitian yang sangat luas dan sukses dari metode-metode spesialisasi tugas. Group Investigation tidak bisa diimplementasikan pada lingkungan dunia pendidikan yang tidak memotivasi dialog interpersonal atau yang tidak pernah memperhatikan dimensi rasa sosial dari proses belajar di dalam kelas. Kesuksesan implementasi dari Group Investigation menurut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Penting bagi Group Incestigation adalah perencanaan kerja sama siswa atas apa yang akan dituntut dari mereka. Seluruh anggota kelompok mendapat bagian dalam merencanakan seluruh dimensi dan tuntutan dari proyek yang dikerjakan mereka. Bersama-bersama mereka untuk menentukan apa yang mau mereka investigasikan yang berhubungan dengan usaha mereka untuk menyelesaikan ,permasalahan yang mereka hadapi, kemudian sumber apa yang mereka butuhkan, siapa akan melakuka apa dan bagaimana cara mereka untuk menampilkan hasil proyek mereka yang sudah selesai di hadapan kelas.
Blosser 1992 (dalam devi, 2007) Dalam group investigation, siswa melakukan kegiatan melalui enam tahap. Tahap-tahap dalam group investigation antara lain :
Tahap 1 : mengidentifikasi topik permasalahan dan mengatur siswa kedalam kelompok.
Tahap 2 : merencanakan tugas-tugas yang akan dipelajari siswa.
Tahap 3 : melakukan investigasi.
Tahap 4 : mempersiapkan laporan akhir.
Tahap 5 : mempresentasikan hasil laporan akhir.
Tahap 6 : evaluasi.

Berdasarkan tahap-tahap model pembelajaran group investigation maka disusunlah kegiatan pembelajaran ini mulai tahap persiapan dan tahap penyajian kelas selanjutnya tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

a.       Tahap Persiapan
Persiapan materi dengan masalah kontekstual yang berhubungan dengan persiapan perangkat pembelajaran seperti RPP, LKS dan lembar pengamatan serta skor dasar individu.
Sebelum memulai pembelajaran yang merancang kelompok-kelompok yang jumlah tiap kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang.

b.    Tahap Penyajian Kelas
a.   Kegiatan Awal
-    Apersepsi, guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
-    Memotivasi, guru memotivasi siswa dengan cara meminta siswa mengingat kembali pelajaran yang telah lalu.
-  Guru mengarahkan siswa membentuk kelompok yang sudah dirancang sebelumnya kemudian siswa membentuk kelompok sesuai dengan yang sudah dirancang guru.
-    Guru memberikan LKS kepada siswa untuk melakukan penyelidikan.
b.      Kegiatan Inti
-    Masing-masing kelompok menuliskan pemecahan masalah yang ada dalam LKS.
-    Masing-masing anggota  keompok bernalar untuk mengadakan penyelidikan terhadap masalah.
-    Anggota kelompok mengkomunikasikan jawaban yang diplih pada teman-temannya dengan rasa percaya diri dan penuh tanggung jawab.
-    Pada tahap persentasi siswa bebas memilih bentuk persentasi yang diinginkan seperti gambar atau lambing-lambang Matematika yang disampaikan oleh ketua kelompok.
c.       Kegiatan Akhir
-    Pada kegiatan akhir siswa merangkum atau membuat kesimpulan tentang masalah yan g diselidiki dengan bimbingan guru.
-    Guru memberikan pekerjaan rumah yang dicatat oleh guru.
-    Guru menginformasikan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

D.    Hasil Belajar

1.      Pengertian Hasil Belajar.
Hasil belajar siswa merupakan faktor penting dalam pendidikan. Secara umum  hasil belajar dipandang sebagai problem pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan siswa informasi yang telah didapatnya. Beberapa pendapat tentang hasil belajar diantaranya adalah Sardiman (2006) menyatakan bahwa hasil belajar adalah ukuran kesuksesan pada suatu pelajaran, selanjut Dimyati dkk, (2006), menyatakan bahwa semua hasil belajar merupakan logam yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru hasil belajar berguna untuk melakukan perbaikan tidakan, sedangkan bagi siswabnhasil belajar berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar. Kemudian Moejiono (1981) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka setelah diberikan tes pada setiap akhir pertemuan, pertengahan semester maupun pada akhir semester.   

Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar adalah  :
1.    Tes hasil belajar harus dapat mengukur semua bagian yang telah dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
2.    Tes hasil belajar disusun sebaik mungkiin sehingga benar-benar dapt mewakili bahan yang telah dipelajari siswa.

2.      Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar dan faktor yang mempengaruhinya merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan, untuk mencapai hasil belajar yang baik perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, sehingga kegiatan belajar yang dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal. Setiap para ahli mempunyai pendapat tentang beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Slameto(1991 : 16) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :

a.    Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar (anak didik) yang terdiri dari  faktor jasmani (meliputi kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologi (meliputi intelegensi perhatian, minat, bakat motif kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan jasmani (meliputi kepenatan tubuh serta kelelahan rohani seperti stress dan bosan).

b.    Faktor Ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor yang ada diluar tubuh individu yang sedang belajar (anak didik) yang terdiri dari faktor keluaga, sekolah, dan masyarakat.

Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A.    Subjek, Tempat, dan Waktu Serta Pihak yang Membantu Penelitian
Proses perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA ini penulis laksanakan di kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir sebanyak 30 orang yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 23 orang siswa perempuan.
Tempat penelitian ini dilakukan di SDN 021 Tanjung Pasir di kelas IV  mata pelajaran IPA dengan materi ajar Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan.
Waktu pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan selama 3 minggu.

       Tabel 3.1
              Waktu Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
No
Kegiatan
Minggu I
Minggu II
Minggu III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Perencanaan

ü   
=









2.
Prasiklus



=








4.
Siklus 1 & 2




=
=






5.
Ujian Praktek






=





6.
Pengumpulan Data






=
=




7.
Analisis Data






=
=




8.
Penyusunan Hasil






=
=




9.
Laporan Hasil








=
=
=
=

Pihak yang membantu dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah : Dosen PKP, Suvervisor 1 dan 2, Kepala SDN 021 Tanjung Pasir dan rekan-rekan majlis guru yang ada di SDN 021 Tanjung Pasir.

B.      Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif, Menurut pendapat Ebbutt dalam Wiriaatmadja (2008:12) PTK adalah kajian yang sistematik dari upaya tindakan perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok guru dengan melaksanakan tindaka-tindakan dalam proses pembelajaran, berdasarkan hasil refleksi, mereka mengetahui hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan menurut pendapat Elliot (1991) melihat PTK sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi social Model John Elliot; jika dibandingkan dengan dua model yang telah diuraikan, bahwa Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini lebih dapat kelihatan detail dan lebih rinci. Dikatakan hal demikian,  karena pada setiap siklus kemungkinan terdiri ada beberapa aksi yaitu antara 3-5 macam aksi (tindakan). Kemudian pada setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa macam langkah, yang kenyataannyai dalam bentuk kegiatan proses belajar-mengajar. Tujuan disusunnya secara terinci dan sistematis pada PTK Model John Elliot ini, supaya yang dilakukan lancar yang lebih tinggi di dalam pelaksanan aksi atau proses pembelajaran berlangsung. kemudian, dijelaskan juga bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga bisa menjadi beberapa langkah oleh sebab itu proses pelajaran yang terdiri dari beberapa macam subpokok bahasan atau materi pelajaran. Pada kenyataan bahwa praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak dapat diselesaikan hanya dalam satu langkah saja, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa langkah. Hal itulah yang menyebabkan John Elliot untuk menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dari kedua model sebelumnya, yaitu seperti gambar berikut ini.


         Gambar 3.1

           Desai Prosedur Perbaikan Pembelajaran

siklus-ptk.jpg
                                Riset Aksi Model John Elliot

1.   Rencana Perbaikan
Rencana program perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika yang akan diperbaiki diawali dengan menganalisis kemampuan siswa berdasarkan nilai  latihan pada mata pelajaran Matematika yaitu materi pecahan dan urutannya.

Setelah itu dilakukan analisis materi tentang pecahan dan urutannya, selanjutnya dilakukan analisis metode pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation dengan tujuan penerapannya dikelas akan lebih optimal. Analisis terhadap metode pembelajaran juga dilakukan agar tujuan pembelajaran yang tergambar pada indikator pencapaian dapat terwujud.

Kemudian dibuatlah perangkat pembelajaran yang terdiri atas :
1.    Siklus pembelajaran
2.    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3.    Evaluasi untuk penilaian berupa soal-soal latihan yang selanjutnya dijadikan laporan penelitian ini.

2.    Pelaksanaan perbaikan
Proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang penulis lakukan pada mata pelajaran Matematika melalui tiga tahapan :
1.      Tahap persiapan
2.      Tahap pelaksanaan
3.      Tahap observasi
4.      Tahap refleksi
Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam perbaikan pembelajaran IPA pada :

SIKLUS 1
1.    Tahap persiapan
a.    Mendesain perangkat pembelajaran mulai dari menyusun silabus, RPP sampai dengan menyusun tes hasil belajar.
b.    Guru menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan materi ajar.
c.    Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS dan latihan.

2.    Tahap Pelaksanaan
1.     Kegiatan Awal (5 menit)
-       Mengkondisikan kelas
-       Apersepsi, tentang pelajaran yang lalu
-       Menyampaikan materi pokok pembelajaran
-       Siswa duduk berkelompok sesuai dengan kelompok mereka masing-masing

2.    Kegiatan Inti (55 menit)
-       Memberikan informasi tentang materi pembelajaran dan menjelaskan materi tentang akar.
-       Siswa dibagi 4 kelompok belajar, siswa membahas tentang bagian-bagian akar.
-       Guru membagikan LKS.
-       Siswa mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing tentang materi pembelajaran.
-       Siswa mengisi LKS dengan bimbingan guru.

3.    Kegiatan Akhir(10 menit)
-  Seorang siswa maju kedepan untuk menuliskan hasil kerja kelompoknya, dan mencocokannya dengan hasil kerja kelompok lain.
-  Memberikan tugas untuk pekerjaan rumah (PR).
-  Membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran dengan bimbingan guru.

3. Tahap Observasi
Pengamatan kegiata guru dilakukan pada saat proses tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan guru. Pada penelitian ini supervisor 2 yang bertindak sebagai pengamat adalah bapak NURDIN,S.Hum. Kepala SDN 021 Tanjung Pasir. Pengamat melakukan pengamatan berdasarkan lembar pengamatan guru yang telah disiapkan pada tahap perencanaan.

4, Tahap Refleksi
Berdasarkan data prasiklus rata-rata siswa mata pelajaran IPA rata-rata hanya 30,57 Ini disebabkan adanya beberapa kelemahan yang ditemui, yaitu siswa belum memahami materi pelajaran karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat. Setelah dilaksanakan siklus 1 nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 65,40.

Setelah dilakukan tindakan terlihat perubahan perilaku berdampak kepada peningkatan hasil belajar siswa. Perubahan perilaku siswa terkait pada lembar pengamatan yang diamati oleh supervisor 2.

SIKLUS 2                                
1.     Tahap persiapan
a.    Mendesain perangkat pembelajaran mulai dari menyusun silabus, RPP sampai dengan menyusun tes hasil belajar.
b.    Guru menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan materi ajar.
c.    Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan latihan.

2.      Tahap Pelaksanaan
1.      Kegiatan Awal (5 menit)
    Apersepsi
-       Guru memberikan contoh bentuk-bentuk tulang daun dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
-     Siswa disuruh kedepan untuk menuliskan beberapa contoh daun berdasarkan sususnan tulangnya.

2.   Kegiatan Inti (55 menit)
-       Guru memberikan informasi tentang materi pembelajaran dengan ceramah dan penggunaan media.
-       Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok.
-       Guru memberikan LKS.
-       Siswa mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing tentang materi pembelajarn.
-       Bimbingan kelompok mengajar.
-       Siswa mengisi LKS dengan bimbingan guru dan berdasarkan hasil diskusi kelompok mereka masing-masing.

3.   Kegiatan Akhir(10 menit)
            Mengevaluasi
-          Seorang siswa maju kedepan menuliskan hasil kerja kelompoknya dan mencocokkan dengan hasil kerja kelompok lain.
-          Membuat kesimpulan tentang materi dengan bimbingan guru.
-          Mengevaluasi hasil.
-          Memberi tugas Pekerjaan Rumah (PR).

3. Tahap Observasi
Pengamatan kegiata guru dilakukan pada saat proses tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan guru. Pada penelitian ini supervisor 2 yang bertindak sebagai pengamat adalah NURDIN, S.Hum. Seorang kepala SDN 021 Tanjung Pasir. Pengamat melakukan pengamatan berdasarkan lembar pengamatan guru yang telah disiapkan pada tahap perencanaan.
4.    Tahap Refleksi

Berdasarkan data siklus 1 rata-rata siswa mata pelajaran IPA hanya 65,40. Ini disebabkan adanya beberapa kelemahan yang ditemui, yaitu siswa belum memahami materi pelajaran karena guru tidak menggunakan model pembelajaran. Setelah dilaksanakan siklus 2 nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 77,50.

Setelah dilakukan tindakan terlihat perubahan perilaku berdampak kepada peningkatan hasil belajar siswa. Perubahan perilaku siswa terkait pada lembar pengamatan yang diamati oleh supervisor 2.

C.  Teknik Analisis Data

a.    Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1.    Teknik Observasi
Penulis mengamati sendiri keadaan kelas saat proses pembelajaran berlansung mulai dari awal sampai akhir pembelajaran di kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir khusus pada saat pelajaran IPA.

2.    Teknik Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dilihat dari hasil belajar siswa dan nilai latihan siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV semester 2 SDN 020 Tanjung Pasir pada materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan

b.    Teknik Analisis Data
Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan teknik analisis data deskriptif-kualitatif, menurut Ebbutt dalam Wiriaatmadja (2008 : 12) yaitu jenis penelitian yang menggabungkan antara penelitian kuantitatif dengan dengan penelitian kualitatif. Tujuan menggunakan metode gabungan ini adalah untu memberikan kejelasan makna dari hasil penelitian. Analisis kuantitatif barang kali kurang memberikan kejelasan makna, sedangkan penelitian kuantitatif untuk kasus penelitian ini kurang mampu memberikan data berupa angka-angka, padahal dalam kasus penelitian ini membutuhkan  angka-angka tersebut.

Hasil dan Pembahasan

A.  Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.    Deskripsi Persiklus
Prasiklus
Prasiklus dilaksanakan pada Senin tanggal 23 September 2013. Pada siklus ini diperoleh data tentang keaktifan siswa, hasil belajar dan catatan refleksi. Secara keseluruhan diperoleh data hasil belajar siswa pada prasiklus, sebagaimana tabel di berikut ini.

   Tabel 4.1
                                             Data Nilai Hasil Belajar Prasiklus

No
Rentang Nilai
Kategori
Nilai Prasiklus
Persentase
Keterangan
1
< 65
Kurang
20
67%
Nilai KKM
2
65-79
Cukup
10
33%
Siswa 65
3
80-94
Baik Sekali
-
0%

4
95-109
Istimewa
-
0%

                Jumlah Siswa
30
100%


Memperhatikan data tabel di atas di ketahui masih banyak siswa yang tidak mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu sebanyak  20 orang siswa. Dengan nilai rata-rata 57  nilai terrendah 30  nilai tertinggi 70. Pengamatan dilakukan dengan intensif dan berkelanjutan, data yang dikumpulkan adalah penilaian hasil pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas guru selama pembelajaran. Hasil pengamatan tentang siswa antara lain dalam proses pembelajaran masih ada siswa yang belum paham terhadap materi.



Grafik 4.1
  Garfik Nilai Prasiklus

a.    Siklus I
Siklus I penelitian ini dilaksanakan pada Senin tanggal 30 September 2013. Pada siklus ini diperoleh data tentang keaktifan siswa, hasil belajar dan catatan refleksi. Secara keseluruhan diperoleh data hasil belajar siswa pada siklus I, sebagaimana table di berikut ini.
   Tabel 4.2
                                               Data Nilai Hasil Belajar Siklus 1

No
Rentang Nilai
Kategori
Nilai Siklus 1
Persentase
Keterangan
1
< 65
Kurang
6
20%
Nilai KKM
2
65-79
Cukup
15
50%
Siswa 65
3
80-94
Baik Sekali
7
24%

4
95-109
Istimewa
2
26%

                Jumlah Siswa
30
100%

       

Grafik 4.2
Grafik Nilai Siklus 1

Memperhatikan data tabel di atas di ketahui masih ada siswa yang tidak mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu sebanyak  6 orang siswa. Dengan nilai rata-rata 73  nilai terrendah 60 dan nilai tertinggi 100.

b.    Siklus II
Pelaksanaan siklus II pada hari Senin tanggal 07 Oktober 2013, pada siklus ini lebih mengoptimalakan pembelajaran dengan penerapan medel pembelajaran group investigation berdasarakan pelaksanaan tes kepada siswa  pada pemebelajaran siklus II diperoleh data nilai hasil belajar siswa sebagai berikut ini.

Tabel 4.3
Data Nilai Hasil Belajar Siklus 2

No
Rentang Nilai
Kategori
Nilai Siklus 2
Persentase
Keterangan
1
< 65
Kurang
-
0%
Nilai KKM
2
65-79
Cukup
8
27%
Siswa 65
3
80-94
Baik Sekali
16
53%

4
95-109
Istimewa
6
20%

            Jumlah Siswa
30
100%


          Grafik 4.3
    Grafik Nilai Siklus 2

Data pada siklus II  terjadi perubahan nilai yang di peroleh siswa jika dibandingkan data pada siklus I. Terbukti bahwa pada siklus II perbaikan lebih optimal sehingga daya serap masuk katagori baik. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA adalah 100%, berarti kreteria ketuntasan minimal pada siklus II telah tercapai.
Agar lebih  jelas dapat dilihat dari  tabel distribusi frekuensi ketuntasan siswa kelas IV dari prasiklus, siklus I dan siklus II.

     Tabel 4.4
                           Data Nilai Hasil Belajar Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2

No
Rentang Nilai
Prasiklus
Siklus 1
Siklus 2
1
< 65
20
6
-
2
65-79
10
15
8
3
80-94
-
7
16
4
95-109
-
2
6

Jumlah Siswa
30
30
30

Grafik 4.4
Data Nilai Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2



 B.  Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikkan Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa pada siklus I yang memperoleh nilai ketuntasan adalah 24 orang artinya masih ada 6 siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan pada materi Struktut dan Fungsi Bagia Tumbuhan.

Meskipun keberhasilan siswa secara klasikal sudah mencapai nilai kreteria ketuntasan minimum (KKM) 65.

Model pembelajaran  yang di gunakan tentunya memiliki kelebihan seperti :
1.      Timbulnya motivasi siswa dalam melakukan aktivitas
2.      Timbulnya kepercayaan diri pada siswa.

Pada aktivitas siswa terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan. Seperti pada pertemuan pertama, masih banyak siswa yang kebingungan dan malu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga guru kesulitan dalam mengarahkan mereka. Peneliti beranggapan bahwa siswa baru pertama kali mengalami model pembelajaran ini. Namun, setelah mengalami beberapa kali  pertemuan, tepatnya pada pertemuan ketiga dan keempat siswa sudah mulai aktif dan berani menjawab pertanyaan dari guru, terlihat dari berkurangnya jumlah siswa yang hanya diam jika diberikan pertanyaan oleh guru. Kelemahan dan kekurangan berikutnya adalah kegiatan model pembelajaran kooperatif group investigation, tidak semua siswa dalam proses belajar berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru dalam hal ini selalu mengarahkan dan memotivasi siswa sehingga hasil belajar siswa selalu meningkat setiap pertemuan. Begitu juga halnya dalam jumlah siswa yang pasif. Beberapa pertemuan awal, masih banyak siswa yang pasif menunggu jawaban dari temannya saja. Namun jumlahnya terus berkurang tiap pertemuan karena guru tidak pernah lupa mengarahkan mereka selama pertemuan. Kelemahan lainya adalah dalam menjawab  soal berdasarkan indikator soal. Pada beberapa pertemuan awal siswa benar-benar kebingungan Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru terlihat bahwa ada beberapa aktivitas guru masih belum dilaksanakan secara maksimal, seperti: memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dan kreatif lagi, belum intensifnya guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, dalam mengarahkan pendapat dan pertanyaan siswa kurang jelas atau mengambang, menyediakan buku sumber belajar atau meminjamkan buku ajar pada siswa dan memberikan hadiah.
Namun juga memiliki kelemahan seperti kekurangan media yang tersedia pada SDN 021 Tanjung Pasir dan guru yang harus mengadakan kelengkapan untuk mendemontrasikan materi pelajaran IPA yang akan saya sajikan.Belum maksimalnya hasil yang dicapai maka dianggap perlu perbaikan selanjutnya pada siklus II.

Kerberhasilan pada siklus I menjadikan dasar untuk menerapakan model pembelajaran group investigation pada materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan dengan lebih menglengkapai sarana dalam pembelajaran.

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober 2013 nilai perolehan siswa meningkat dengan nilai rata-rata 84 berarti medel pembelajaran group investigation merupakan cara untuk memudahakan siswa untuk memahami materi yang di ajarakan dan memberikan motivasi  kepada siswa agar lebih aktif melalui pengamatan, penglihatan dan cara melakuakan.

Dengan memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan yang intensif kepada siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan, maka ketuntasan belajar IPA siswa secara klasikal meningkat dari 33%  pada siklus I menjadi 80% pada siklus II meningkat menjadi 100% .                                    
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang diajukan dapat diterima kebenarannya. Dengan kata lain penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 021 Tanjung Pasir pada materi pokok Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan.
Simpulan dan Saran Tindak Lanjut
A.    Simpulan.
Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini sebagai sampelnya adalah siswa KELAS IV SDN 021 Tanjung Pasir, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1.    Penggunaan medel group investigation dalam proses belajar dapat meningkatkan  hasil belajar siswa SDN 021 Tanjung Pasir.
2.    Penggunaan medel group investigation dalam proses belajar dapat meningkatkan kreativitas  anak dalam belajar dan menimbulkan daya tarik siswa terhadap materi sehingga anak akan lebih mudah memahami pelajaran yang disajikan.
3.    Penggunaan medel group investigation akan lebih memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

B.     Saran Tindak Lanjut.
Berdasarkan simpulan tersebut, beberapa hal sebaiknya dilakukan oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam kelas diantaranya :
1.   Penggunaan medel group investigation harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
2.   Penggunaan medel group investigation dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaran di sekolah.
3.   Penataan kelompok kerja siswa disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.





Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Putra.
Jihat, Asep. 2006. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis). Bandung : Multipressindo.
Slavin, Robert. 2008. Kooperative Learning Teori, riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
Wiriaatmadja, Rociati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosda Karya.
Zakari , Z. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SLTPN 2 Sidoarjo. Surabaya : Skrip/si tidak dipublikasikan pendidikan fisika UNESA.










 
Themes by karil